REPUBLIKA.CO.ID, REYKJAVIK – Pemerintah Islandia telah menangguhkan semua aktivitas kedutaan besarnya di Rusia. Islandia menjadi negara Eropa pertama yang mengambil langkah demikian.
“Keputusan untuk menangguhkan operasi Kedutaan Besar (Kedubes) Islandia di Moskow bukan merupakan pemutusan hubungan diplomatik. Segera setelah kondisi memungkinkan, Islandia akan memprioritaskan dimulainya kembali operasi,” ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Islandia dalam keterangannya, Selasa (1/8/2023).
Dalam keterangan terpisah, Kemenlu Islandia mengatakan akan menandatangani nota kesepahaman dengan Lithuania. Lewat nota kesepahaman itu, para diplomat dan perwakilan Islandia lainnya bakal memperoleh akses ke fasilitas kantor di Kedubes Lithuania di Kiev, Ukraina.
Islandia mengatakan ingin meningkatkan kehadirannya di Ukraina untuk menunjukkan solidaritas dengan negara tersebut selama agresi Rusia. “Kami berharap hubungan kami dengan Ukraina akan terus menguat di masa mendatang, dan karena saat ini kami tidak memiliki rencana untuk membuka kedutaan besar di Kiev, kerja sama ini merupakan titik awal yang sangat baik,” kata Menteri Luar Negeri Islandia Thordis Gylfadottir dalam keterangan yang dirilis Kemenlu Islandia.
Pada Juni lalu, Kemenlu Islandia mengungkapkan hubungan komersial, budaya, dan politik negaranya dengan Rusia berada pada titik terendah. Oleh sebab itu Islandia menilai pengoperasian kedutaannya di Moskow tak lagi fungsional dan dapat dibenarkan.
“Situasi saat ini sama sekali tidak memungkinkan dinas luar negeri kecil Islandia untuk mengoperasikan kedutaan besar di Rusia,” ujar Gylfadottir saat itu.
Tak lama setelah Islandia menyampaikan hal tersebut, Rusia memberikan respons. Moskow mengisyaratkan tak dapat menerima keputusan Islandia untuk menutup atau menangguhkan kedubesnya di Moskow.
"Kami akan mempertimbangkan keputusan yang tidak bersahabat ini saat kami menjalin hubungan dengan Islandia di masa depan," kata Kemenlu Rusia dalam sebuah pernyataan.