Jumat 04 Aug 2023 19:34 WIB

Harga Pangan Dunia Naik Usai Rusia Mundur dari Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam

Harga beras dan minyak naik untuk pertama kalinya sejak April.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Harga-harga komoditas pangan dunia seperti beras dan minyak sayur naik untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir
Foto:

Kini yang lebh mengkhawatirkan adalah langkah India melarang ekspor beberapa jenis beras putih non-Basmati, yang mendorong penimbunan bahan makanan pokok ini di beberapa bagian dunia. Pembatasan-pembatasan yang diberlakukan akhir bulan lalu terjadi karena El Nino yang datang lebih awal dari perkiraan, fenomena alam ini membawa cuaca yang lebih kering dan lebih hangat di beberapa bagian Asia dan diperkirakan akan merusak produksi beras.

Dalam laporannya FAO mengatakan pada bulan Juli harga beras naik 2,8 persen dari bulan sebelumnya dan 19,7 persen di tahun ini, mencapai level tertinggi sejak September 2011.

"(Harga beras yang lebih mahal) menimbulkan masalah ketahanan pangan yang substansial bagi sebagian besar populasi dunia, terutama masyarakat paling miskin dan mendedikasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli makanan," kata organisasi ini dalam sebuah pernyataan.

Torero mengatakan, kenaikan harga beras akan sangat menantang bagi Afrika sub-Sahara karena negara-negara di kawasan ini merupakan importir utama beras. FAO juga mencatat tajamnya kenaikan harga minyak sayur bulan Juli yang lebih tinggi 12,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya, setelah sempat turun selama tujuh bulan berturut-turut.

FAO menunjukkan lonjakan 15 persen pada harga minyak bunga matahari menyusul "ketidakpastian baru" mengenai suplai setelah berakhirnya kesepakatan biji-bijian.

"Meskipun dunia memiliki persediaan makanan yang cukup, tantangan terhadap pasokan dari produsen-produsen utama karena konflik, pembatasan ekspor atau kekurangan produksi yang disebabkan oleh cuaca dapat menyebabkan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan di seluruh wilayah," kata Torero.

"(Hal ini akan menyebabkan) kurangnya akses pangan karena kenaikan harga dan potensi kerawanan pangan."

Ia mencatat harga-harga komoditas pangan global berbeda dengan harga yang dibayarkan oleh masyarakat di pasar-pasar dan toko-toko kelontong. Meskipun harga-harga di pasar dunia telah turun sejak tahun lalu, bantuan tersebut belum sampai ke rumah-rumah tangga.

Harga-harga pangan lokal masih naik di banyak negara berkembang karena mata uang mereka melemah terhadap dolar AS, yang digunakan untuk membeli biji-bijian dan minyak nabati.

"Transmisi dari harga komoditas yang lebih rendah ke harga konsumen akhir, yang mencakup komponen-komponen lain seperti logistik dan produk-produk lain yang kita hasilkan - roti, misalnya - belum terjadi di negara-negara berkembang," ujar Torero.

Kembali ke harga-harga komoditas pangan yang lebih tinggi "dapat membuat kurangnya transmisi ini membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement