REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Bentrokan yang terjadi antara umat Hindu dan Muslim di negara bagian Haryana, India, sepekan setelah kekerasan meletus masih berpotensi menyebar. Bentrokan pekan lalu terjadi saat prosesi seremoni Hindu yang dirayakan di lingkungan Muslim, berujung pembakaran sebuah makam, masjid dan beberapa kendaraan, hingga penjarahan toko-toko, kata polisi pada Senin (7/8/2023).
Sedikitnya tujuh orang tewas dalam bentrokan tersebut, termasuk seorang imam masjid yang dibakar pekan lalu di distrik Gurugram. Kini kekerasan telah menyebar dengan yang terbaru dimulai pada Ahad (6/8/2023) dan berlanjut hingga Senin dini hari ketika beberapa orang membakar sebuah makam Muslim, kata para pejabat polisi, dan menyebut, tidak ada orang yang terluka.
"Setidaknya telah terjadi tiga insiden perusakan toko-toko di distrik ini. Enam orang telah ditangkap," kata Mayank Mishra, asisten inspektur polisi di distrik Panipat, 200 km jauhnya dari tempat awal masalah bentrokan dimulai pada pekan lalu.
Ketegangan antara anggota komunitas mayoritas Hindu dan minoritas Muslim di India secara berkala, terus berkobar menjadi kekerasan yang mematikan selama beberapa generasi. Masalah terbaru muncul ketika beberapa anggota komunitas Muslim mengatakan bahwa mereka diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah India.
Pemerintah India saat ini, dikuasai oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) yang beraliran nasionalis Hindu, dan dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi. Walaupun Pemerintah India bersikeras menolak tuduhan tersebut.
Terlepas dari masalah terbaru ini, hakim distrik pusat bisnis Gurugram mencabut perintah larangan yang diberlakukan sejak minggu lalu, dengan mengatakan bahwa "keadaan kini telah normal, kembali". Namun, bagi banyak Muslim, bentrokan tersebut membawa ketakutan.
Beberapa orang telah meninggalkan kota untuk kembali ke desa mereka atau pergi untuk tinggal bersama teman dan kerabat di daerah lain, demikian laporan media. Beberapa Muslim di Gurugram bahkan mengatakan bahwa beberapa pria telah mendatangi komunitas mereka dan mengancam mereka dengan kekerasan jika mereka tidak pergi.
"Mereka menyuruh kami keluar dari rumah kami atau mereka akan membakarnya. Kami pergi karena kami takut," kata seorang warga, Amuta Sarkar, kepada kantor berita ANI.
Dalam perkembangan terkait, Pengadilan Tinggi Punjab dan Haryana telah turun tangan pada hari Senin. Hal ini untuk memblokir pembongkaran sebuah komunitas yang terdiri dari beberapa ratus tempat tinggal di distrik Nuh, di mana kekerasan dimulai minggu lalu, situs web berita hukum LiveLaw melaporkan.
Polisi mengatakan bahwa orang-orang yang menyerang prosesi Hindu tersebut berasal dari pemukiman bangunan "ilegal" tersebut. "Kampanye pembongkaran telah dihentikan," kata pemerintahan distrik Nuh, Haryana, dalam sebuah pernyataan.