Selasa 08 Aug 2023 11:43 WIB

Polisi di Haryana India Tangkap Sebagian Besar Pria Muslim

Penangkapan itu dilakukan secara sewenang-wenang dan melanggar hukum.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Polisi menangkap sekitar 150 orang atas kekerasan komunal di negara bagian Haryana, India utara. Mayoritas yang ditangkap adalah muslim
Foto: AP Photo/Altaf Qadri, File
Polisi menangkap sekitar 150 orang atas kekerasan komunal di negara bagian Haryana, India utara. Mayoritas yang ditangkap adalah muslim

REPUBLIKA.CO.ID, NUH -- Polisi menangkap sekitar 150 orang atas kekerasan komunal di negara bagian Haryana, India utara. Sebagian besar orang yang ditangkap adalah Muslim. Hal ini adalah aspek lain dari tindakan keras pemerintahan Partai Bharatiya Janata (BJP) di Kota Nuh.

Seorang pengacara Tahir Husain menuduh polisi menangkap orang tanpa pandang bulu, dan tanpa penyelidikan yang ketat. Dia mengatakan, sebagian besar orang yang ditangkap adalah Muslim. Penangkapan itu dilakukan secara sewenang-wenang dan melanggar hukum.

Baca Juga

“Ini tontonan yang menakutkan. Setelah kekerasan, bahkan advokat pun tidak siap untuk maju. Bahkan, seorang advokat diciduk polisi. Kemudian, dia dibebaskan tapi bagaimana dengan orang biasa? Orang miskin dan rentan tanpa dukungan," ujar Husain, dilaporkan Aljazirah, Senin (7/8/2023).

Di jalan-jalan Desa Mewli di Nuh, ada kesunyian yang mencekam pada Ahad (6/8/2023). Kepala Desa Mewli, Choudhary Safahat mengatakan, sembilan anggota keluarganya ditangkap pekan lalu, termasuk cucu dan keponakannya. Mereka ditangkap setelah hampir 150 petugas polisi menyerbu desa sekitar pukul 5 pagi.

Cucu laki-laki Safahat yang berusia 21 tahun, Aahir Khan, adalah seorang mahasiswa hukum di sebuah universitas swasta di Alwar di negara bagian Rajasthan yang terletak sekitar 100 kilometer dari Haryana. Kepala desa mengatakan, Khan sedang mengikuti ujian semester pada saat kekerasan terjadi. Safahat menunjukkan kartu masuk dan tiket perjalanan cucunya.

 “Aahir kembali pada malam hari dan keesokan paginya dia ditangkap,” kata Safahat.

Safahat mengatakan, salah satu pria yang ditangkap dari desanya cacat fisik.  Dia dibebaskan keesokan harinya. Banyak orang lain memiliki cerita serupa, terutama di desa Mewli dan Moradbas yang paling terpukul. Umat Muslim di desa tersebut mengatakan, mereka terpaksa meninggalkan rumah karena takut tindakan balas dendam oleh polisi.

Seorang penjaga keamanan di sebuah perguruan tinggi kedokteran pemerintah di Nalhar, Shahrukh Khan juga ditangkap oleh polisi sehubungan dengan kerusuhan tersebut.  Keluarganya mengklaim, Khan kembali dari kerja sekitar pukul 12 siang pada 30 Juli dan berangkat bertugas keesokan harinya ketika bentrokan pecah.

“Mereka menangkapnya saat dia sedang tidur. Mereka bahkan tidak membiarkannya memakai pakaiannya.  Semua ini sangat tidak adil,” kata istri Khan.

Sekelompok penduduk Desa Mewli mengatakan, beberapa orang berlindung di perbukitan terdekat. Saat polisi datang, laki-laki di desa bersembunyi, hanya menyisakan perempuan dan anak-anak.

“Tidak ada yang pergi ke polisi untuk mengeluarkan anak laki-laki kita.  Ada ketakutan di antara penduduk desa bahwa mereka akan ditangkap juga jika mereka melapor ke polisi,” ujar warga desa.

Juru bicara kepolisian Nuh, Krishnan Kumar mengungkapkan alasan mengapa hanya pria dari satu komunitas ditangkap. "Kami menangkap mereka yang dituduh. Siapa pun, baik itu Hindu, Muslim, Kristen atau Sikh. Kami akan memperlakukan mereka dengan sama,” kata Kumar.

Anggota parlemen Muslim terkemuka Asaduddin Owaisi mengatakan, pemerintah BJP di Haryana melindungi Manesar, orang yang dituduh membunuh dua pria Muslim pada Februari, dan semua organisasi Hindutva atau supremasi Hindu. “BJP terlibat dalam penghancuran ilegal di mana pun pemerintah mereka berada.  Mereka telah merampas hak pengadilan dan memberikan hukuman kolektif kepada komunitas Muslim tanpa mengikuti proses hukum atau prinsip keadilan alami,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement