REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pejabat Pemerintah Ukraina menuduh pasukan Kremlin mengincar tim penyelamat dalam serangan dua rudal beruntun yang mengenai gedung pemukiman. Ukraina mengatakan rudal pertama untuk menarik regu penyelamat ke lokasi kejadian dan rudal kedua untuk melukai atau membunuh mereka.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan serangan Senin (7/8/2023) malam di distrik pusat Kota Pokrovsk itu menewaskan sembilan orang dan melukai lebih dari 80 lainnya. Pihak berwenang Ukraina mengatakan salah satu korban tewas adalah anggota tim darurat dan sebagian korban luka merupakan petugas polisi, petugas darurat dan tentara yang bergegas ke lokasi untuk membantu warga.
Rudal Rusia menghantam pusat kota Pokrovsk yang terletak di wilayah Donetsk yang sebagian diduduki Rusia. Regu unit darurat masih membersihkan puing-puing hingga Selasa (8/8/2023). Gubernur Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan dua rudal Iskander yang memiliki sistem pandu canggih untuk meningkatkan akurasinya, menghantam sebuah gedung dalam rentang waktu 40 menit.
Sejak awal perang Rusia menggunakan rudal dan artileri untuk mengenai target dan kemudian mengincar target yang sama 30 menit kemudian. Anggota regu darurat yang merespon serangan pertama biasanya menjadi korban serangan kedua.
Dalam istilah militer taktik ini disebut double tap. Rusia menggunakan metode yang sama dalam perang sipil di Suriah.
"Semua (polisi) di sana karena mereka dibutuhkan, berusaha menyelamatkan masyarakat usai serangan pertama, mereka tahu di bawah puing-puing ada yang terluka, mereka harus bertindak, menggali, menarik, menyelamatkan. Dan musuh dengan sengaja melepaskan tembakan kedua," kata Kepala Kepolisian Nasional Ukraina Ivan Vyhivskyi, Rabu (9/8/2023).
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim serangan itu mengenai pos komando angkatan darat Ukraina di Pokrovsk. Klaim kedua belah pihak belum dapat diverifikasi secara mandiri.
Salah satu korban luka adalah petugas polisi Volodymyr Nikulin yang berasal dari daerah pendudukan Rusia, Mariupol. Saat tiba di lokasi kejadian untuk merespon serangan pertama, Nikulin terluka dalam serangan kedua karena pecahan rudal mengenai paru-paru kiri dan tangan kirinya..
"Hari ini bukan hari bahagia saya karena penjahat Rusia kembali melakukan kejahatan buruk di Pokrovsk," katanya dalam sebuah video dari bangsal rumah sakit.
Di ranjang rumah sakit ia berbaring tanpa mengenakan atasan. Badan bagian samping kirinya penuh dengan darah. Ia bergerak kesakitan saat menunjukkan lukanya.
Ia mengarahkan kamera ponselnya ke pasukan keamanan yang terluka dan sedang dirawat di rumah sakit. "Lihat, para pahlawan Ukraina yang menolong rakyat (terluka)," katanya.
Di video itu ia mengatakan sudah memberitahu Kepolisian Nasional ia takut adanya serangan kedua. Tapi usai serangan pertama ia tetap ke lokasi kejadian dan berusaha membantu.
Terdapat begitu banyak korban luka di rumah sakit tempat Nikulin menunggu menjalani operasi pada Selasa pagi. Ia kemudian dipindahkan ke rumah sakit di Dnipro tempat pecahan rudal di tubuhnya dicabut.
Nikulin merupakan saksi kekejaman perang. Ia membantu tim Associated Press keluar dari Mariupol saat pasukan Rusia masuk ke pusat kota dan mencari merkea.
Ia masuk dalam dokumenter pemenang penghargaan berjudul "20 Days in Mariupol" sebuah proyek bersama Associated Press dan PBB "Frontline" mengenai hari-hari pertama invasi di Mariupol.