AS berusaha mengamankan perairan yang dilewati kapal komersial. ‘’Mereka tiba dengan kapal perang USS Bataan dan USS Carter Hall, yang menyediakan fleksibilitas dan kemampuan maritim lebih besar,’’ jelas US Navy’s Fifth Fleet dilansir laman Al Arabiya, Senin (7/8/2023).
USS Bataan merupakan kapal serang amfibi yang mampu membawa pesawat dengan sayap tetap dan berputar. Sedangkan USS Carter Hall, merupkan kapal dok pendaratan, mengangkut para marinir, perlengkapan mereka, dan mendaratkan mereka.
‘’Dua unit kapal ini menambah kemampuan dan fleksibilitas kami dalam bekerja, untuk mengatasi dan meredam ketegangan di kawasan yang diakibatkan perlakuan dan penahanan kapal-kapal dagang oleh Iran,’’ kata juru bicara Fifth Fleet Tim Hawkins.
Pengerahan dua kapal perang dengan 3.000 lebih personel itu berlangsung setelah Washington menyatakan pasukannya mengeblok dua upaya Iran menahan tanker komersial di perairan Oman pada 5 Juli silam.
Kantor berita Iran, IRNA menyatakan, salah satu kapal tanker itu, Richmond Voyager yang berbendera Bahama, bertabrakan dengan kapal Iran. Kejadian ini menyebabkan lima kru kapal mengalami luka serius.
AS menuding Iran melakukan serangan penahanan kapal tanker komersial saat melewati Hormuz. AS juga menyampaikan rencana menempatkan militer di kapal komersial guna menghindari penindakan oleh pasukan Garda Revolusi Iran.
Iran juga berulang kali menolak campur tangan militer AS di perairan regional. ‘’Apa hubungannya Teluk Persia, Teluk Oman, dan Samudra India dengan Amerika. Apa urusan Anda di sini?,’’ kata juru bicara angkatan bersenjata Iran, Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi.
Merespons peningkatan militer AS di kawasan, Garda Revolusi Iran pekan lalu menyatakan telah melengkapi armada mereka dengan drone dan rudal baru yang bisa menjangkau jarak 1.000 km. Mereka juga melakukan latihan militer mendadak di pulau sengketa.
Di pulau yang disengketakan dengan Uni Emirat Arab itu, Garda Revolusi menerjunkan kapal-kapal cepat, paratrooper, dan unit rudal.