Rabu 23 Aug 2023 20:37 WIB

Respons Rusia Atas Rencana Pembuangan Air Limbah Radioaktif Fukushima

Jepang akan melepaskan lebih dari satu juta ton air radioaktif dari PLTN Fukushima.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Foto udara ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di kota Okuma, prefektur Fukushima, utara Tokyo Kamis, 17 Maret 2022.
Foto: Kyodo News via AP
Foto udara ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di kota Okuma, prefektur Fukushima, utara Tokyo Kamis, 17 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia turut menyoroti rencana Jepang memulai proses pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut pekan ini. Hal itu diketahui telah mengundang protes beberapa negara, terutama Cina. Moskow menilai, Jepang harus mengizinkan negara-negara berkepentingan untuk mengambil sampel air limbah radioaktif PLTN Fukushima.

“(Jepang harus) memberikan semua informasi yang diperlukan kepada negara-negara yang khawatir, termasuk kesempatan untuk mengambil sampel dari tempat air (limbah radioaktif PLTN Fukushima) akan dibuang. Operator pembangkit listrik telah berulang kali kedapatan memberikan informasi yang tidak relevan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada televisi Moskva-24, Rabu (23/8/2023).

Baca Juga

Pemerintah Jepang mengumumkan akan memulai proses pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima pada Kamis (24/8/2023). Cina, yang telah berulang kali menyuarakan protes atas rencana pembuangan itu, mengecam keputusan Negeri Matahari Terbit. “Ini sangat egois dan tidak bertanggung jawab karena pembuangan akan menyebarkan risiko kontaminasi nuklir ke seluruh dunia,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina dalam pengarahan pers, Selasa (22/8/2023), dikutip laman resmi Kemenlu Cina.

Dia menambahkan Cina sangat prihatin dan menentang keputusan Jepang membuang air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut. "Laut menopang kehidupan umat manusia. Ini bukan selokan untuk air yang terkontaminasi nuklir Jepang,” ucapnya.

Wang menjelaskan, selama lebih dari dua tahun terakhir, legitimasi, legalitas, dan keamanan rencana pembuangan air limbah PLTN Fukushima telah berulang kali dipertanyakan. Menurutnya, Jepang belum menangani masalah internasional utama seperti keandalan fasilitas pemurnian jangka panjang, keaslian, dan keakuratan data air yang terkontaminasi nuklir, serta efektivitas pengaturan pemantauan. “Cina dan pemangku kepentingan lainnya telah berkali-kali menunjukkan bahwa jika air yang terkontaminasi nuklir Fukushima benar-benar aman, Jepang tidak perlu membuangnya ke laut, dan tentu saja tidak boleh jika tidak (aman),” kata Wang.

“Cina sangat mendesak Jepang untuk menghentikan kesalahannya, membatalkan rencana pembuangan (air limbah PLTN Fukushima ke) laut, berkomunikasi dengan negara tetangga dengan tulus dan niat baik, membuang air yang terkontaminasi nuklir secara bertanggung jawab, dan menerima pengawasan internasional yang ketat,” tambah Wang.

Keputusan Jepang untuk membuang air limbah radioaktif PLTN Fukushima telah memperoleh persetujuan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada 4 Juli 2023 lalu. IAEA mengatakan, air limbah PLTN Fukushima telah memenuhi standar keselamatan internasional dan memiliki dampak radiologis yang dapat diabaikan bagi manusia serta lingkungan.

Sebanyak tiga reaktor di PLTN Fukushima hancur saat Jepang dilanda gempa dan tsunami pada 2011. Pelepasan sejumlah besar radiasi tak terhindarkan akibat kejadian tersebut. Dibutuhkan lebih dari 1 juta ton air untuk mendinginkan reaktor-reaktor yang meleleh. Air yang telah digunakan dalam proses pendinginan memiliki kandungan radioaktif yang kuat. Kini sekitar 1,25 juta ton air telah terkumpul di tangka-tangki PLTN Fukushima. Pembuangan air adalah langkah tak terhindarkan dalam proses penonaktifan pembangkit nuklir tersebut.

Pada Mei 2022 lalu, Badan Pengawas Nuklir Jepang (BPNJ) menyetujui rencana operator PLTN Fukushima untuk melepaskan air limbah radioaktif ke laut pada 2023. BPNJ menyebut, air limbah telah diolah dengan metode yang aman dan berisiko minimal bagi lingkungan.

Pemerintah Jepang dan Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO) sempat menyampaikan bahwa lebih dari 60 isotop, kecuali tritium, yang kadarnya harus ditanggulangi, telah diturunkan sehingga memenuhi standar keamanan. Menurut mereka, tritium juga tergolong aman jika tercampur air laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement