Kamis 24 Aug 2023 12:18 WIB

Sosok Prigozhin: Dari Chef Pribadi Putin Hingga Menjadi Bos Tentara Bayaran yang Ditakuti

Selama bertahun-tahun, Prigozhin adalah sosok yang sulit dipahami.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Pendiri sekaligus pimpinan kelompok tentara bayaran Wagner, evgeny Prigozhin.
Foto: Prigozhin Press Service via AP
Pendiri sekaligus pimpinan kelompok tentara bayaran Wagner, evgeny Prigozhin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pendiri kelompok tentara bayaran swasta Wagner, Yevgeny Prigozhin, yang menurut otoritas penerbangan Rusia berada di dalam pesawat yang jatuh tanpa ada yang selamat di dekat Moskow pada Rabu (23/8/2023) malam.

Pria yang menjadi kepala kelompok tentara bayaran Wagner dan cukup ditakuti negara-negara di daratan Eropa ini ternyata pernah cukup dekat dengan Vladimir Putin, sehingga disebut sebagai master chef atau koki ahli pribadi Putin.

Baca Juga

Selama bertahun-tahun, Prigozhin adalah sosok yang sulit dipahami, menjadi kaya raya di tengah kekacauan dan peluang ekonomi Rusia pasca-Soviet. Dia menjadi sorotan karena keterlibatan kelompoknya dalam invasi Rusia ke Ukraina, yang memberikan kemenangan langka bagi Kremlin.

Prigozhin memimpin pemberontakan bersenjata melawan para jendral militer Putin, dua bulan yang lalu pada tanggal 23 Juni 2023. Upaya pemberontakan ini, setelah Prigozhin mencerca para petinggi militer Rusia atas penanganan lamban mereka terhadap perang Ukraina.

Kelompoknya mulai bergerak menuju Moskow, menembak jatuh pesawat militer dan membunuh prajurit Rusia. Namun, aksi ini tiba-tiba dihentikan ketika sebuah kesepakatan ditengahi oleh pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko.

Tuduhan kriminal dijatuhkan terhadap bos Wagner, yang seharusnya pergi ke negara tetangga Belarusia. Putin mengatakan dalam pidatonya pada saat itu bahwa mereka yang berada di "jalur pengkhianatan" akan menghadapi hukuman.

Namun, setelah itu, nasibnya tidak jelas. Dalam beberapa bulan sejak itu, Prigozhin tidak benar-benar menjaga kerahasiaan, muncul di Saint Petersburg dan, awal pekan ini, dia mengklaim, berada di Afrika dengan menunjukkan bahwa dia masih memiliki pengaruh.

Prigozhin sepertinya tak belajar dari para pengkritik Putin sebelumnya. Dimana banyak dari mereka telah hilang atau meninggal tiba-tiba, seperti diracuni, atau lebih buruk lagi. Sementara itu, seorang pria yang memimpin pemberontakan bersenjata tampaknya lolos dari hukuman.

Meskipun penyebab kecelakaan pesawat belum diketahui, dan Kremlin belum berkomentar, hal ini menjelaskan mengapa spekulasi telah beredar. Kantor kepresidenan Ukraina mengatakan "jelas bahwa Putin tidak memaafkan siapa pun atas teror yang dilakukannya."

 

Awal yang sederhana

Putin dan Prigozhin memiliki awal yang relatif sederhana, dan pemimpin pasukan Wagner ini tumbuh di lingkungan yang lebih keras di Sai t Petersburg, yang juga merupakan kampung halaman presiden.

Kedua pria ini sudah saling mengenal sejak tahun 1990-an. Keduanya dilaporkan bertemu setelah Prigozhin dibebaskan dari hukuman penjara selama sembilan tahun karena kasus penipuan dan perampokan, menurut laporan media Rusia.

Setelah keluar dari penjara, ia menjadi chef dan terjun ke bisnis makanan katering, dan membuka restoran. Putin meminta Prigozhin untuk menyediakan makanan untuk pesta ulang tahunnya serta makan malam dengan para pemimpin yang berkunjung, termasuk Presiden AS George Bush dan Jacques Chirac dari Prancis.

Sebuah tajuk berita di The Moscow Times pernah menyebut Prigozhin sebagai "Koki Pribadi Putin". Prigozhin kemudian memenangkan kontrak katering yang menguntungkan untuk sekolah-sekolah dan angkatan bersenjata Rusia.

Dia mengawal Putin berkeliling pabrik pengolahan makanan barunya pada 2010. Saat itu, ia adalah orang dalam Kremlin dengan keistimewaan dari kerajaan komersial yang sedang berkembang.

Transformasi dirinya dari seorang oligarki kaya menjadi panglima perang yang brutal terjadi setelah gerakan separatis yang didukung Rusia pada 2014 di Donbas, Ukraina timur.

CNN telah melacak tentara bayaran Wagner di Republik Afrika Tengah, Sudan, Libya, Mozambik, Mali, Ukraina, dan Suriah. Selama bertahun-tahun mereka telah mengembangkan reputasi yang mengerikan dan telah dikaitkan dengan berbagai pelanggaran hak asasi manusia.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement