Kamis 31 Aug 2023 23:08 WIB

China Ogah Pantau Pembuangan Limbah Nuklir Jepang

China meminta Jepang menghentikan pembuangan limbah.

This photo taken during the tour of the treated water dilution and discharge facility for foreign media shows TEPCO official Kenichi Takahara explains about a facility to take samples of treated radioactive wastewater after dilution for testing before release, part of the facility for the releasing treated radioactive water to sea from the Fukushima Daiichi nuclear power plant, operated by Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO), in Futaba town, northeastern Japan, Sunday, Aug. 27, 2023.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
This photo taken during the tour of the treated water dilution and discharge facility for foreign media shows TEPCO official Kenichi Takahara explains about a facility to take samples of treated radioactive wastewater after dilution for testing before release, part of the facility for the releasing treated radioactive water to sea from the Fukushima Daiichi nuclear power plant, operated by Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO), in Futaba town, northeastern Japan, Sunday, Aug. 27, 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin enggan menyambut tawaran Jepang soal keikutsertaan dalam kelompok ahli yang memonitor pembuangan air limbah nuklir Fukushima. China meminta Jepang menghentikan pembuangan limbah.

"Kami telah mengkomunikasikan keprihatinan kami kepada Jepang berdasarkan basis ilmu pengetahuan dan fakta dan telah melibatkan Jepang secara bilateral dan multilateral untuk berulang kali menyatakan pandangan dan keprihatinan lembaga-lembaga profesional China," kata Wang Wenbin kepada media di Beijing, Kamis (31/8/2023).

Baca Juga

Sebelumnya Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengundang China untuk bergabung dalam kelompok para ahli yang memonitor pembuangan air limbah nuklir Fukushima, menyusul larangan impor produk laut yang diberlakukan oleh Beijing kepada Tokyo. PM Kishida mengatakan Jepang akan terus melakukan advokasi kepada China agar para ahli dari kedua negara terlibat dalam diskusi komprehensif berdasarkan bukti ilmiah.

"Selain itu, China dan Rusia menyampaikan tiga daftar pertanyaan teknis bersama kepada Jepang untuk meminta klarifikasi mengenai rencana pembuangan limbah ke laut. Jepang telah gagal memberikan jawaban yang tulus dan mengatasi kekhawatiran kami," ungkap Wang Wenbin.

Bahkan Jepang, menurut Wang Wenbin, telah membuat tuduhan tidak berdasar mengenai negara-negara tetangganya padahal kekhawatiran itu disebut sah-sah saja.

"Jepang akhirnya membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut. Ini bukanlah sikap atau pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan masalah," kata Wang Wenbin.

Wang pun menegaskan China meminta Jepang menghentikan pembuangan limbah terkontaminasi nuklir ke laut.

"Izinkan saya menekankan bahwa jika Jepang benar-benar tulus dalam hal ini, maka Jepang harus segera menghentikan pembuangan limbah ke laut dan melakukan komunikasi penuh dengan semua pemangku kepentingan, termasuk negara tetangganya soal semua hal relevan untuk mengatasi kekhawatiran negara tetangga dan masyarakat internasional," tegas Wang.

Di tengah gugatan yang dihadapi Jepang, PM Kishida menekankan komitmen pemerintahnya untuk mencegah kerusakan pada sektor perikanan negara akibat pelepasan limbah nuklir itu.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Jepang akan menggunakan saluran diplomatik untuk mendesak China segera mencabut penangguhan semua impor makanan laut dari Tokyo.

Pada saat yang sama, kata Kishida, Pemerintah Jepang akan mendorong upaya di dalam negeri untuk meningkatkan konsumsi makanan laut sebagai bagian dari usaha menjaga industri perikanan.

Jepang mulai membuang air limbah nuklir dari PLTN Fukushima pada 24 Agustus 2023. Pada tahap pertama, operator Tokyo Electric Power Company (TEPCO) akan mengencerkan sekitar 7.800 ton air olahan dengan air laut, dan air encer tersebut akan dikeluarkan selama 17 hari berturut-turut.

TEPCO telah mengisi fasilitas, yang disebut poros pembuangan vertikal, dengan air yang telah diolah dan diencerkan. Setiap ton air yang diolah dicampur dengan sekitar 1.200 ton air laut.

Terdapat sekitar 1,3 juta ton air olahan di kompleks TEPCO. Operator kehabisan kapasitas penyimpanan sehingga memaksa Jepang membuang air tersebut ke laut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement