REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Produksi dan ekspor minyak Iran mengalami lonjakan pada Agustus 2023 meski sanksi AS masih bertahan. Hal ini diungkapkan sejumlah konsultan dan perusahaan yang melacak pergerakan kapal tanker minyak Iran.
Para pengamat menyatakan, ekspor minyak yang naik tampaknya imbas keberhasilan Iran menepis sanksi AS, juga diskresi penerapan sanksi seiring upaya kedua negara berupaya menjalin hubungan yang lebih baik.
AS membatasi ekspor minyak Iran sejak Presiden Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 pada 2018. Trump juga menjatuhkan kembali sanksi untuk memangkas pendapatan Pemerintah Iran.
Namun, angka ekspor meningkat sejak Joe Biden memegang tampuk pemerintahan. Cina merupakan pembeli utama minyak Iran. Konsultan SVB International memperkirakan produksi minyak Iran meningkat pada Agustus ini yang mencapai 3,15 juta barel per hari (bpd).
Angka produksi ini merupakan yang tertinggi sejak 2018, di mana ekspor minyak mentah dan kondensat hanya di bawah dua juta bpd.’’Iran kini berada di jalur memulihkan produksi seperti sebelum disanksi,’’ kata Sara Vakhshouri dari SVB, Kamis (31/8/2023).
Tiga perusahaan lain yang dikontak Reuters, menyampaikan perkiraan serupa.
Belum lama ini, AS berbicara dengan Iran mengenai pembebasan lima warga AS yang ditahan di Teheran dan pencairan dana Iran sebesar 6 miliar dolar AS di Korea Selayan. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menolak mengungkap soal linimasa kesepakatan.
Harga minyak yang tinggi, di sisi lain, berisiko pula secara politik bagi Biden yang akan bertarung di Pilpres November 2024. Kian banyak suplai minyak di pasar dunia maka akan menjaga harganya tetap rendah.
‘’Ini tampaknya terjadi,’’ ungkap Kevin Book, pengamat dari ClearView Energy Partners, menyinggung soal diskresi penerapan sanksi oleh AS terhadap Iran. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan, pemerintah tetap menerapkan sanksi ke Iran.
Ia juga menyatakan, angka ekspor minyak selalu fluktuatif.’’Kami juga selalu melakukan kontak dengan negara-negara lain untuk mendorong bersikap tegas terhadap Iran.’’
Bertahun-tahun, Iran menghindari sanksi minyak melalui sejumlah langkah, seperti transfer kapal ke kapal, ‘’spoofing’’ atau memanipulasi transporder GPS sehingga kapal terlihat pada posisi berbeda.’’Iran kian mahir menggunakan taktik ini,’’ kata sejumlah pengamat.