REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Serangkaian aksi kudeta militer di negara-negara Afrika menjadi perhatian Uni Eropa (UE). Bulan lalu, militer Niger menjatuhkan pemerintahan yang dipilih secara sah. Kudeta ini diikuti militer Gabon pada Rabu (30/8/2023).
Gabon yang kaya minyak, menjadi negara ke delapan di Afrika Barat atau Tengah yang pemerintahannya diambil alih militer dalam tiga tahun terakhir. Padahal, selama ini UE mendanai dan memberikan pelatihan kepada militer di negara-negara Afrika.
Prancis melatih pasukan Gabon. UE memang belum melatih tentara Gabon, tetapi mendanai serta melatih pasukan di Mali dan Niger. Pelatihan militer terutama difokuskan untuk memerangi ekstremisme, khususnya kelompok yang terkait Alqaidah.
Negara-negara Eropa khawatir, kondisi Afrika yang tak stabil akan membuat warganya mengungsi dan menuju Eropa. Saat ini, blok yang terdiri atas 27 negara Eropa itu suaranya terpecah dalam menghadapi banyaknya migran yang memasuki wilayah mereka.
Prancis mempunyai 2.500 personel pasukan di Niger dan Chad. Pelatihan militer bagian dari operasi mereka. Ada pula 400 personel yang berbasis di Gabon yang misinya melatih pasukan di sana, demikian pula negara lainnya yang ada di kawasan.
Sejumlah negara Eropa mempunyai kepentingan besar di Afrika, terutama Prancis yang membutuhkan uranium Niger. Kian tumbuhnya pengaruh Rusia melalui tentara bayaran Wagner juga kekuatan ekonomu Cina, memaksa UE memikirkan kembali kebijakannya.
Rezim militer Niger, memerintahkan polisi untuk mengusir dubes Prancis dan melepas kekebalan diplomatiknya. Junta Niger juga mengundang Mali serta Burkina Faso memberikan bantuan pertahanan.
‘’Ini jelas semua belum berjalan baik karena merebaknya kudeta militer dan adanya kehadiran geng Wagner di Republik Afrika Tengah, Mali, dan Burkina Faso,’’ kata Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrel, Kamis (31/8/2023).
Menlu Irlandia, berbicara di sela pertemun menlu UE di Toledo, Spanyol menyatakan, negara-negara Eropa perlu mengevaluasi pendekatannya terhadap Afrika.’’Melatih dan mendukung pasukan di Afrika yang kemudian berbalik melawan pemerintanya, jadi sangat dilematis.’’
Di sisi lain, Menlu Belgia Hadja Lahbib bersikeras upaya keamanan UE di benua tersebut ada hasilanya dan mesti diteruskan.’’Penting untuk mempertahankan capaian itu dan mencegah efek domino, seperti yang kita lihat di Gabon.’’
Menteri-menteri lainnya menyatakan, Afrika mesti didorong untuk merespons sendiri tantangan yang mereka hadapi. Di Niger, mereka menekankan pentingnya mendukung blok negara-negara Afrika Barat, ECOWAS.