REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan setiap hari ia berbicara dengan Mohamed Bazoum, presiden Niger yang digulingkan dari kekuasaan melalui kudeta. Macron menegaskan Prancis tidak mengakui kekuasaan pemerintah militer Niger.
"Setiap hari saya berbicara dengan Presiden Bazoum. Kami mendukungnya. Kami tidak mengakui mereka yang melakukan kudeta. Keputusan yang akan kami ambil, apa pun keputusannya, akan didasarkan pada pertukaran dengan Bazoum," kata Macron, Jumat (1/9/2023).
Komentar Macron ini dipublikasikan di platform media sosial Kantor Kepresidenan Prancis. Pernyataan disampaikan saat Macron berbicara tentang masalah pendidikan dengan wartawan di Prancis selatan.
Pemerintahan militer Niger, yang mengambil alih kekuasaan pada 26 Juli, pada Jumat menuduh Macron menggunakan retorika yang memecah belah dalam komentarnya mengenai kudeta dan berusaha melakukan hubungan neo-kolonial Prancis dengan bekas jajahannya.
Pada Jumat kemarin militer Prancis mengatakan siap membalas jika Niger menargetkan fasilitas militer dan diplomatik negaranya. "Militer Prancis siap merespon peningkatan kembali ketegangan yang mungkin menargetkan fasilitas militer dan diplomatik Prancis di Niger," kata pernyataan Staf Umum Militer Prancis seperti dikutip Anadolu.
Di tengah meningkatnya ketegangan menyusul kudeta Bazoum yang terpilih secara demokratis, Kementerian Luar Negeri pemerintah militer pekan lalu memberikan waktu 48 jam kepada Duta Besar Prancis Sylvain Itte untuk 'meninggalkan wilayah Niger.'
Dubes Itte menolak mematuhi perintah itu dan tetap berada di posnya, yang merupakan suatu langka yang dipuji Macron. Otoritas militer Niger kemudian memerintahkan pengusiran terhadap Dubes Itte pada Kamis dalam surat yang dialamatkan kepada Kementerian Luar Negeri Prancis.