REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini seorang warga negara Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Al Neyadi telah mencatatkan rekor sebagai seorang astronot Arab pertama yang sukses menjalani misi luar angkasa dan sukses selamat kembali ke bumi.
Siapakah Al Neyadi yang ikut dalam misi luar angkasa SpaceX Crew-6 selama enam bulan itu?
Sultan Al Neyadi telah menyelesaikan misi selama enam bulan berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 28 April 2023 hingga kembali ke bumi pada 4 September 2023 lalu. Al Neyadi turun dari Stasiun Luar Angkasa Internasional bersama rekan kru Crew-6, yakni astronot NASA Stephen Bowen dan Woody Hoburg, dan kosmonot Roscosmos Andrey Fedyaev. Mereka turun menggunakan pesawat luar angkasa SpaceX Dragon Endeavour dan mendarat di lepas pantai Jacksonville, Florida.
Selama di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), ia berkontribusi pada lebih dari 200 penyelidikan ilmiah dan upaya penjangkauan yang dilakukan di lingkungan gravitasi mikro yang menantang di ISS. Dengan suksesnya astronot Emirat, Sultan Al Neyadi telah menggabungkan negara UEA mencapai keanggotaan dalam kelompok negara-negara yang telah mampu mencapai akses luar angkasa.
Kelompok eksklusif negara penjelajah antariksa ini terdiri dari kurang dari 270 orang yang berasal dari 21 negara yang memiliki keistimewaan untuk mengunjungi Stasiun Luar Angkasa Internasional. Al Neyadi membedakan dirinya di antara kelompok terpilih ini melalui serangkaian pencapaian penting.
Pada bulan April, ia mengenakan pakaian antariksa seberat 145 kilogram dan menjelajah ke luar stasiun untuk melakukan operasi pemeliharaan yang berat di bagian luar stasiun. Apa yang ia lakukan ini sebuah prestasi yang tidak hanya membuatnya menjadi astronot Arab pertama yang ikut serta dalam misi yang diperpanjang, tetapi juga memberinya keistimewaan sebagai orang Arab pertama yang ikut serta dalam perjalanan antariksa.
Lahir pada tanggal 23 Mei 1981 di Al Ain, Uni Emirat Arab, perjalanan akademis Sultan Al Neyadi bisa dibilang cukup cemerlang dan mengesankan. Kemampuan yang luar biasa pada ilmu sains membawanya ke University of Brighton, di mana ia memperoleh gelar Bachelor of Science (dengan Pujian) di bidang Teknik Elektronika dan Komunikasi pada tahun 2004.
Selanjutnya, setelah terpilih sebagai salah satu dari dua astronot perdana Emirat, Wakil Rektor Universitas, Debra Humphris, mengungkapkan rasa bangga yang mendalam terhadap lulusan mereka, menekankan minat mereka yang besar untuk memantau usahanya sebagai astronot.
Sekembalinya ke Uni Emirat Arab, Neyadi melanjutkan studi di Zayed Military College selama setahun, dan kemudian terlibat dalam layanan profesional di Angkatan Bersenjata UEA, dengan spesialisasi di bidang teknik komunikasi. Pada tahun 2008, ia memulai perjalanan pendidikannya ke Australia, yang berujung pada pencapaian gelar master di bidang Keamanan Informasi dan Jaringan dari Griffith University.
Perjalanan akademisnya berlanjut ketika ia kembali ke Griffith University pada tahun 2011 untuk menyelesaikan program doktoral di bidang Teknologi Pencegahan Kebocoran Data. Sekembalinya ke UEA, Neyadi terpilih bergabung dalam program luar angkasa UEA mengukuhkan tempatnya di klub ternama, Pusat Luar Angkasa Mohammed Bin Rashid (MBRSC).
Program Astronot UEA, salah satu proyek yang dikelola oleh MBRSC di bawah Program Luar Angkasa Nasional UEA dan didanai oleh Dana ICT dari Otoritas Regulasi Pemerintah Telekomunikasi dan Digital (TDRA), bertujuan untuk mendukung penelitian dan pengembangan di sektor ICT di UEA dan mempromosikan integrasi negara di panggung global.
Selama enam bulan di ISS ia berkontribusi pada lebih dari 200 penyelidikan ilmiah...