Kamis 07 Sep 2023 16:06 WIB

 Investasi ASEAN Jadi Fokus Utama Pertumbuhan Ekonomi Global

Terjadi peningkatan investasi yang masuk ke ASEAN.

Ilustrasi investasi
Foto: Pixabay
Ilustrasi investasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mendorong optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam di kawasan ASEAN untuk mewujudkan iklim investasi berkelanjutan.

Bahlil yang juga ketua ASEAN Investment Area (AIA) itu menjelaskan investasi menjadi salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN. Terlebih, ASEAN dianggap menjadi pusat dari pertumbuhan ekonomi global.

Baca Juga

Pengamat hubungan internasional Dinna Prapto Raharja mengaku optimis peran Menteri Bahlil dalam menumbuhkan investasi di kawasan ASEAN akan terus berkontribusi positif, seiring dengan kedekatan hubungan antara negara maju dengan negara ASEAN.

“Sejauh ini saya masih optimis investasi ke kawasan Asia Tenggara masih akan kontinu (berkelanjutan). Seperti seiring dengan makin dekatnya relasi sejumlah negara anggota ASEAN dengan negara major power tertentu, relasi bilateral akan menguat,” ujar Dinna, Kamis (7/9/2023).

Dinna menerangkan jika dilihat dari data investasi di ASEAN, sejak pandemi melanda dan mulai mereda pada tahun 2022 telah terjadi peningkatan investasi yang masuk ke ASEAN. 

Namun, menurut Dinna yang menarik adalah dalam skala lebih kecil atau internal negara ASEAN bahwa kompetitor Indonesia untuk menyedot investasi yang masuk tersebut adalah Singapura, Thailand, Malaysia dan Filipina.

“Sebenarnya sah-sah saja karena industrialisasi dan sektor jasa di tempat-tempat ini relatif lebih berkembang dibandingkan negara-negara ASEAN yang lain,” paparnya.

Dengan adannya kompetitor dari negara ASEAN sendiri bukan berarti harus saling menjatuhkan melainkan saling menguatkan, oleh karena itu Dinna mendorong agar iklim investasi di dalam negeri turut berbenah agar para investor juga tertarik ke Indonesia.

“Tapi artinya kita harus terus berbenah diri di dalam negeri agar return on investment di Indonesia lebih menarik dan agar investment itu berbuah peningkatan decent work atau biasa disebut upah layak dengan jamsos, bukan kerja-kerjaan aja yang fleksibel workers dan sistem kerja musiman,” urainya.

“Kalau investasinya menghasilkan decent work, barulah kita benar-benar punya daya dorong lebih besar di tingkat global, karena bisa didorong alih teknologi, produktif dan seterusnya,” imbuh Dinna.

Lanjut Dinna menyampaikan masuknya investasi di kawasan ASEAN juga berpotensi mendorong perekonomian global, pasalnya negara-negara maju di Eropa tengah mengalami krisis akibat meletusnya perang antara Rusia dan Ukraina yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Situasi perang tersebut menurut Dinna membuat iklim investasi tidak kondusif, maka dari itu investasi dialihkan ke ASEAN yang relatif lebih stabil kondisi ekonomi dan politiknya.

“Karena gara-gara perang Ukraina turunlah itu investasi ke negara-negara maju. Terlalu berisiko invest ke negara-negara maju, jadi wajar terjadi peningkatan investasi ke negara-negara berkembang termasuk ke ASEAN,” ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengutip pernyataan International Monetary Fund (IMF) bahwa ASEAN dapat menjadi penerang bagi perekonomian global.

"ASEAN menjadi alasan agar kita tidak kehilangan harapan, seperti yang dikatakan oleh IMF, ASEAN adalah titik terang di tengah cakrawala yang gelap," kata Bahlil beberapa waktu lalu.

Bukan tanpa alasan, Bahlil mengatakan hal tersebut mengingat kondisi ekonomi global yang tidak dalam keadaan baik.

Pasalnya, masih ada ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi hingga perubahan iklim yang menjadi tantangan di kancah internasional. 

Sementara itu, Bahlil menilai ASEAN dapat menjadi postur utama dalam membentuk ekonomi global yang lebih maju. Hal ini tercermin kan dari rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN tahun 2022 mencapai 5,6 persen, tidak termasuk Timor Leste. 

"Dalam 1 dekade terkahir rata-rata pertumbuhan ekonomi tahunan negara Asean mencapai 3,98 persen, di atas pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,6 persen," ujarnya. 

Di samping itu, Bahlil menuturkan bahwa total Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN mencapai US$3,9 triliun yang naik 5 kali lipat dalam 20 tahun terakhir. 

Menurutnya, investasi adalah langkah untuk mendorong ke arah kehidupan yang lebih sejahtera, terutama jika didorong dengan investasi berkelanjutan. 

"Salah satu kunci dari pertumbuhan ekonomi tersebut yang begitu pesat adalah investasi," tuturnya.

Adapun, Foreign Direct Investment (FDI) Asean mencapai US$224 miliar atau naik 5 persen, sedangkan FDI secara global mengalami penurunan 12 persen tahun 2022. 

"Dan hal ini terjadi dan tertinggi sepanjang sejarah ASEAN, dengan angka tersebut, ASEAN menjadi penerima FDI terbesar kedua di dunia," tukas Bahlil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement