Louise Cainkar, seorang profesor sosiologi di Universitas Marquette di Milwaukee, Wisconsin, yang mengkhususkan diri dalam Studi Arab dan Muslim Amerika mengatakan Islamofobia sudah kuat sebelum peristiwa 9/11. "Reaksi keras terhadap semua orang yang dianggap Muslim membuktikan hal itu," kata Cainkar kepada Anadolu.
"Hal itu bergantung pada persepsi bahwa semua orang adalah sama. Persepsi seperti itu tidak pernah diterapkan pada orang kulit putih atau orang Kristen. Tentu saja, pembingkaian bahwa 9/11 adalah 'hal yang dilakukan oleh Muslim' - sesuatu yang melekat pada diri seorang Muslim - hanya memperburuk keadaan."
Dengan banyaknya Muslim yang dicap sebagai teroris dan dikaitkan dengan pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden, Cainkar mengatakan bahwa komunitas Muslim di Amerika seakan-akan menghilang dalam bayang-bayang setelah serangan 9/11.
"Pada awalnya, mereka agak 'bersembunyi', yang berarti mereka menjalani kehidupan mereka dengan sangat tenang," kata Cainkar.
Kemudian, mereka membangun organisasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka, membangun solidaritas dengan kelompok-kelompok lain dan akhirnya menjadi komponen yang kuat dalam masyarakat sipil Amerika.
Menurutnya, gerakan pemberdayaan dan kesetaraan Muslim di Amerika Serikat membutuhkan waktu lebih dari dua dekade perjuangan dan kegigihan untuk berkembang menjadi seperti sekarang. Namun, bahkan setelah 22 tahun, faktor-faktor yang sama dari peristiwa 9/11 dan sebelum 9/11 masih terus menimbulkan ketakutan bagi sebagian orang Amerika.