Ahad 17 Sep 2023 16:57 WIB

Kenaikan Harga Amunisi Tekan Upaya NATO Meningkatkan Keamanan

Saat ini NATO membayar lebih banyak untuk hal yang sama

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Amunisi militer yang rusak di sebuah truk militer di Kharkiv, Ukraina, Rabu, 16 Maret 2022. Kenaikan harga amunisi akan menambah anggaran pertahanan negara sekutu
Foto: AP/Andrew Marienko
Amunisi militer yang rusak di sebuah truk militer di Kharkiv, Ukraina, Rabu, 16 Maret 2022. Kenaikan harga amunisi akan menambah anggaran pertahanan negara sekutu

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Komite militer Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Laksamana Angkatan Laut Belanda Rob Bauer memperingatkan kenaikan harga amunisi akan menambah anggaran pertahanan negara sekutu. Namun, hal tersebut tidak menjamin keamanan yang lebih baik.

“Harga peralatan dan amunisi naik. Saat ini, kami membayar lebih banyak untuk hal yang sama,” kata Laksamana Bauer seusai pertemuan para pemimpin pertahanan NATO di Oslo, Sabtu (16/9/2023).

Baca Juga

“Itu artinya kami tidak bisa memastikan kenaikan belanja pertahanan menghasilkan keamanan yang lebih baik,” katanya.

NATO mendesak produsen senjata dan peralatan militer menaikkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang melonjak sejak invasi Rusia ke Ukraina. Apalagi, negara sekutu NATO tidak hanya mengirimkan pasokan ke Ukraina, tetapi juga membangun persediaan mereka sendiri.

Salah satu kekhawatiran utama adalah kekurangan peluru artileri 155 mm. Sejak perang terjadi, Kiev menembakkan hingga 10.000 peluru setiap hari.

Pada Februari, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan Kiev menghabiskan peluru jauh lebih cepat daripada kemampuan Barat memproduksinya.

Bauer mendorong lebih banyak investasi swasta di sektor pertahanan untuk meningkatkan kapasitas produksi, mendesak dana pensiun dan bank untuk berhenti menyebut investasi pertahanan sebagai hal yang tidak etis.

“Stabilitas jangka panjang harus diutamakan daripada keuntungan jangka pendek. Seperti yang kita lihat di Ukraina, perang adalah peristiwa yang terjadi di seluruh masyarakat,” katanya.

Ia menambahkan investasi semacam itu juga merupakan kepentingan strategis sektor swasta. “Empat puluh persen perekonomian (Ukraina) menguap di hari-hari pertama perang, sebagian besar adalah uang swasta, uang itu hilang,” katanya.

Bauer juga mendesak para pemimpin bisnis untuk mempercepat peningkatan kapasitas produksi. Namun, menurut Bauer, tidak ada korelasi antara kekurangan amunisi dan sulitnya kemajuan serangan balasan di Ukraina.

“Alasan mengapa hal ini membutuhkan waktu adalah karena hal ini sangat berbahaya, karena terdapat banyak sekali ranjau di ladang ranjau yang sangat dalam, lebih dari 10 kilometer, dengan lima, enam ranjau per meter persegi,” katanya.

Ia menekankan Ukraina masih terus maju 200 atau 300 meter per hari.

Pada tahun 2024, NATO akan mengadakan latihan pertahanan kolektif terbesar sejak Perang Dingin, dengan lebih dari 40.000 tentara dari seluruh aliansi akan mengambil bagian dalam latihan Steadfast Defender di Jerman, Polandia dan tiga negara Baltik. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement