REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta Jerman untuk menaikan belanja pertahanannya. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan dengan grup media Funke.
"Selama Perang Dingin, ketika Konrad Adenauer atau Willy Brandt menjabat, pengeluaran pertahanan mencapai tiga hingga empat persen dari pengeluaran ekonomi," kata Stoltenberg seperti dikutip Deutsche Welle, Senin (18/9/2023).
“Kita sudah melakukannya saat itu, dan saat ini kami juga harus melakukannya lagi,” ujar Stoltenberg.
Ia mengungkapkan, situasi serupa terjadi di negara asalnya, Norwegia. Di mana belanja pertahanan tidak mencapai target 2 persen persen seperti yang dijanjikan negara-negara anggota NATO.
Stoltenberg mengatakan dari pengalamannya sebagai kepala pemerintahan Norwegia ia mengetahui “betapa sulitnya menganggarkan lebih banyak uang untuk pertahanan."
"Padahal pengeluaran yang lebih tinggi juga diperlukan untuk kesehatan, pendidikan atau infrastruktur,” katanya.
Konrad Adenauer merupakan kanselir pertama Republik Federal Jerman dari dari tahun 1949 hingga 1963. Sementara Willy Brandt adalah kanselir Republik Federasi Jerman dari tahun 1969 sampai 1974.
Tak lama setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, Kanselir Olaf Scholz berjanji anggaran pertahanan Jerman pada tahun 2022 sekitar 100 miliar euro atau 106,7 miliar dolar AS. Ia juga berjanji pertahanan mencapai 2 persen dari total belanja PDB.
Pada bulan Juni lalu Scholz kembali mengatakan kepada pada perlemen atau Bundestag, pemerintah berencana membelanjakan 2 persen PDB pada tahun 2024 “untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade,” setidaknya jika proyeksi anggaran dan PDB saat ini terbukti akurat.
Pemerintah Jerman sepenuhnya mendukung Ukraina dalam perang menghadapi pasukan Rusia. Berlin memasok peralatan militer dan senjata ke negara itu.
Stoltenberg juga menekankan perang di Ukraina tidak akan berakhir dengan cepat. “Sebagian besar perang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan saat pertama kali dimulai,” ujar Stoltenberg.
“Kami semua berharap agar perdamaian segera tercipta, tetapi pada saat yang sama, kami harus menyadari: Jika Presiden Zelenskyy dan Ukraina berhenti berperang, negara mereka tidak akan ada lagi," kata Stoltenberg.
“Jika Presiden (Vladimir) Putin dan Rusia meletakkan senjata mereka, kita akan mencapai perdamaian,” ujar Stoltenberg.
Sekjen NATO itu juga mengatakan ia yakin suatu saat Ukraina akan bergabung dengan NATO. “Tidak ada keraguan Ukraina pada akhirnya akan bergabung dengan NATO,” katanya.
Pertemuan NATO di Vilnius pada bulan Juli menghasilkan kerangka kerja yang membuka jalan bagi jaminan keamanan jangka panjang bagi Ukraina untuk mencegah agresi Rusia.
Ukraina berjanji memperbaiki kebijakan pemerintah termasuk reformasi peradilan dan ekonomi serta meningkatkan transparansi.