Rabu 20 Sep 2023 20:57 WIB

Israel Larang Pekerja Palestina dari Gaza Masuk ke Wilayah Tepi Barat

Larangan ini menghentikan 18.000 warga Palestina yang hendak ke tempat kerja.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Para pengunjuk rasa mencoba memanjat pagar perbatasan Jalur Gaza dengan Israel. ilustrasi
Foto: AP/Adel Hana
Para pengunjuk rasa mencoba memanjat pagar perbatasan Jalur Gaza dengan Israel. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel menutup titik-titik penyeberangan dengan Gaza pada Rabu (20/9/2023). Penutupan ini bertujuan untuk mencegah ribuan pekerja pergi ke tempat kerja mereka di Israel dan Tepi Barat, menyusul demonstrasi di perbatasan selama berhari-hari yang menyebabkan pasukan Israel melepaskan tembakan dan menewaskan seorang pengunjuk rasa sehari sebelumnya.

Langkah ini menghentikan lebih dari 18.000 warga Palestina untuk menyeberang ke tempat kerja mereka. Sehingga hal ini membuat perekonomian wilayah yang diblokade itu kehilangan sekitar 2 juta dolar per hari, menurut para ekonom setempat.

Baca Juga

Protes yang didukung oleh Hamas, kelompok Islamis yang menguasai Gaza, telah berlangsung berhari-hari. Aksi ini menentang berbagai isu mulai dari perlakuan terhadap tahanan Palestina di penjara Israel hingga kunjungan Yahudi ke kompleks masjid Al Aqsa, sebuah tempat suci bagi umat Islam dan Yahudi, yang dikenal dengan sebutan Temple Mount.

Pada hari Selasa, (19/9/2023), seorang pria Palestina ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel selama protes berlangsung dan 11 orang lainnya terluka, menurut pejabat kesehatan Gaza.

Seorang juru bicara Cogat, badan Kementerian Pertahanan Israel yang berkoordinasi dengan Palestina, mengonfirmasi bahwa penyeberangan Erez ke Gaza ditutup dan mengatakan bahwa penyeberangan tersebut akan dibuka kembali "sesuai dengan penilaian situasional."

Penutupan perbatasan, yang menyusul larangan singkat ekspor dari Gaza awal bulan ini setelah para pengawas menemukan bahan peledak dalam sebuah kiriman barang, akan menambah tekanan pada ekonomi yang sudah berada di bawah tekanan akibat blokade yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir.

"Kami terlalu takut penyeberangan tidak akan dibuka dalam waktu dekat dan saya kembali hidup dalam kemiskinan dan kekurangan," kata seorang ayah dari lima anak di Gaza, yang telah tidur di sisi Palestina di penyeberangan Erez sejak Ahad malam.

Setidaknya ada 18.000 izin pekerja yang diizinkan oleh Israel membawa sejumlah besar uang tunai ke wilayah yang menurut angka IMF, pendapatan per kapita hanya seperempat dari tingkat di Tepi Barat dan di mana pengangguran hampir mencapai 50 persen, menurut Bank Dunia.

Ayman Abu Krayyem, juru bicara Kementerian Tenaga Kerja Gaza yang dikelola Hamas, mengatakan bahwa sebagai akibat dari penutupan tersebut, 8.000 pekerja yang kembali ke Gaza karena hari libur Yahudi Israel terdampar di wilayah tersebut sejak pelarangan tersebut.

"Mereka kehilangan 3,2 juta shekel (842.000 dolar AS) per hari. Ini adalah uang penting yang dapat digunakan untuk membantu keluarga mereka dan memperbaiki kondisi ekonomi mereka." .... Ini adalah hukuman kolektif," kata Krayyem

Selama beberapa minggu terakhir, militer mengatakan bahwa tentaranya telah menggunakan cara-cara pembubaran kerusuhan terhadap orang-orang Palestina yang melemparkan bahan peledak ke pagar perbatasan di sepanjang Jalur Gaza.

Mesir dan Qatar, dua mediator utama dalam putaran pertempuran sebelumnya, berbicara dengan kedua belah pihak dalam upaya untuk menghindari gelombang baru konfrontasi bersenjata, kata seorang pejabat Palestina yang mengetahui upaya-upaya tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement