Para ahli menilai, RUU tersebut juga melanggar hak-hak dasar, termasuk hak untuk mengambil bagian dalam kehidupan budaya, larangan diskriminasi gender, kebebasan berpendapat dan berekspresi. Aturan baru juga menyalahi hak untuk melakukan protes damai dan hak untuk mengakses layanan sosial, pendidikan, kesehatan, serta kebebasan bertindak.

Sejak protes massal tahun lalu menurut laporan Arab News, perempuan di Iran semakin berani melakukan pelanggaran aturan berpakaian yang sudah ketat. Pemerintah mewajibkan perempuan menggunakan penutup kepala dan menggunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh sejak tahun-tahun awal republik ini berdiri setelah revolusi Islam 1979.

Pelanggaran atas aturan itu mulai menyeruak usai kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun. Dia ditangkap karena diduga melanggar aturan berpakaian dan meninggal dunia dalam tahanan.

Ratusan orang terbunuh, termasuk puluhan personel keamanan, dan ribuan orang ditangkap atas demonstrasi yang ditindak dengan keras oleh petugas yang berwenang. Namun Pemerintah menyatakan tindakan itu sebagai kerusuhan yang dipicu oleh pihak asing.

Pihak berwenang dan patroli polisi dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan tindakan terhadap perempuan dan dunia usaha yang tidak mematuhi aturan berpakaian. Bisnis telah ditutup karena dituduh melakukan ketidakpatuhan dan kamera pengintai telah dipasang di tempat umum untuk memantau kegiatan warga.

Ikuti Whatsapp Channel Republika