Sabtu 23 Sep 2023 13:09 WIB

Presiden Palestina Mahmoud Abbas akan Kunjungi Rusia

Abbas terakhir kali mengunjungi Rusia pada November 2021.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara, selama pertemuan mereka di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Interaksi dan Langkah-langkah Membangun Kepercayaan di Asia (CICA), di Astana, Kazakhstan, Kamis, 13 Oktober 2022.
Foto: Vyacheslav Prokofyev, Sputnik, Kremlin Pool P
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara, selama pertemuan mereka di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Interaksi dan Langkah-langkah Membangun Kepercayaan di Asia (CICA), di Astana, Kazakhstan, Kamis, 13 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Palestina Mahmoud Abbas direncanakan berkunjung ke Rusia. Saat ini Palestina dan Rusia sedang mempersiapkan lawatan tersebut.

“Ya, hal itu sedang dipersiapkan. Kami sedang berhubungan dengan pihak Rusia mengenai isu ini,” ungkap Duta Besar Palestina untuk Rusia Abdel Hafiz Nofal ketika ditanya kantor berita Rusia, TASS, mengenai rencana kunjungan Abbas ke Moskow, Jumat (22/9/2023).

Baca Juga

Belum ada keterangan tentang kapan kira-kira kunjungan Abbas ke Moskow bakal dilaksanakan. Abbas terakhir kali mengunjungi Rusia pada November 2021. Namun pada Oktober tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan Abbas di sela-sela Conference on Interaction and Confidence Building Measures in Asia (CICA).

Pada September tahun lalu, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh melakukan kunjungan ke Rusia. Kala itu Saluran televisi Al-Mayadeen yang berbasis di Beirut, Lebanon, melaporkan, dalam kunjungan tersebut, Haniyeh dan delegasinya hendak melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

Mereka pun bakal diagendakan melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi Rusia lainnya. “Kementerian Luar Negeri Rusia telah meminta agar kunjungan ini berlangsung beberapa hari. Tujuannya adalah untuk membahas masa depan hubungan bilateral untuk membantu perjuangan Palestina,” kata seorang juru bicara Hamas, dilaporkan Al-Mayadeen.

Pada Juli 2022 lalu, Rusia menyampaikan bahwa mereka akan melanjutkan upaya untuk memulai kembali proses perdamaian Israel-Palestina di bawah payung Kuartet Timur Tengah yang turut melibatkan Uni Eropa, PBB, dan Amerika Serikat (AS) sebagai mediator internasional. Dalam hal ini Moskow mendukung pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

"Kami secara konsisten mendukung dimulainya kembali negosiasi langsung Palestina-Israel, yang akan menghasilkan pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dengan mempertimbangkan masalah keamanan nasional Israel," kata Deputi Satu Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, 26 Juli 2022 lalu.

Polyansky menilai, upaya multilateral untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina perlu ditingkatkan, termasuk dalam format mediator internasional Kuartet Timur Tengah. “Dengan ini, kami menegaskan kembali komitmen kami untuk bekerja sama dengan mitra Kuartet untuk mengefisienkan pekerjaan dari format yang disetujui Dewan Keamanan PBB ini,” ucapnya.

Dia menekankan pentingnya koordinasi mediator internasional dengan mitra regional. "Inisiatif Rusia untuk mengadakan pertemuan tingkat menteri Kuartet Timur Tengah yang diperluas dengan anggota kunci Liga Arab didorong persis oleh ini," kata Polyansky.

Namun dia cukup menyesalkan kurangnya ketertarikan atau minat AS dalam melanjutkan kembali pekerjaan Kuartet Timur Tengah. "Sayangnya, masalah ini tetap tidak terselesaikan karena kurangnya minat di AS untuk memulai kembali aktivitas Kuartet," tuturnya.

Kendati demikian, Polyansky menekankan, Rusia akan melanjutkan upayanya, termasuk koordinasi aksi bersama untuk kembali ke jalur proses penyelesaian Timur Tengah demi solusi adil dari masalah Palestina.

“Seperti yang ditunjukkan oleh praktik, upaya untuk memonopoli pemukiman dan memaksakan perdamaian ekonomi pada rakyat Palestina alih-alih secara adil menghormati aspirasi mereka untuk menciptakan negara merdeka mereka sendiri tidak mengarah dan tidak dapat mengarah pada hasil nyata,” kata Polyansky. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement