Senin 25 Sep 2023 09:26 WIB

Kelompok Bersenjata Serbia Lawan Polisi di Kosovo

Insiden tersebut berpusat di sebuah biara Ortodoks di wilayah mayoritas etnis Serbia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Kerusuhan di utara Kosovo telah meningkat sejak wali kota etnis Albania menjabat di wilayah mayoritas Serbia.
Foto: AP
Kerusuhan di utara Kosovo telah meningkat sejak wali kota etnis Albania menjabat di wilayah mayoritas Serbia.

REPUBLIKA.CO.ID, MITROVICA UTARA -- Orang-orang etnis Serbia bersenjata dengan kendaraan lapis baja menyerbu sebuah desa di utara Kosovo pada Ahad (24/9/2023). Mereka melawan polisi dan membarikade diri di sebuah biara dalam kebangkitan kekerasan di wilayah utara.

Pengepungan tersebut berpusat di sebuah biara Ortodoks Serbia dekat desa Banjska di wilayah dengan mayoritas etnis Serbia. Keuskupan Raska-Prizren di Gereja Ortodoks Serbia menyatakan, kendaraan lapis baja memasuki area tersebut.

Baca Juga

Kondisi itu memaksa para jemaat dan pemimpin gereja bersembunyi di dalam fasilitas ibadah ketika baku tembak terjadi. Polisi Kosovo kemudian mengatakan mereka telah memasuki biara dan sedang memeriksa kemungkinan penyusup di antara jamaah. Menurut pihak berwenang di Kosovo dan Serbia, seorang petugas polisi dan tiga penyerang meninggal.

Etnis Albania merupakan mayoritas dari 1,8 juta penduduk Kosovo, bekas provinsi Serbia. Namun sekitar 50 ribu warga Serbia di utara tidak pernah menerima deklarasi kemerdekaan Kosovo pada 2008 masih menganggap Beograd sebagai ibu kotanya. Momen ini Lebih dari dua dekade setelah pemberontakan gerilyawan Albania di Kosovo melawan pemerintahan Serbia yang represif.

Laporan polisi Kosovo dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, sekelompok warga Serbia Kosovo menempatkan truk di jembatan menuju desa, menembaki polisi yang mendekati  sebelum pertempuran berpindah ke biara terdekat. Gereja Ortodoks Serbia menyatakan, orang-orang bersenjata telah meninggalkan biara pada malam hari, meskipun tidak jelas ke mana mereka pergi.

Vucic mengatakan, tindakan tersebut merupakan pemberontakan terhadap Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti yang menolak membentuk asosiasi kota-kota Serbia di utara Kosovo. “Serbia tidak akan pernah mengakui kemerdekaan Kosovo, Anda bisa membunuh kami semua,” katanya.

Menurut Vucic, sebanyak dua orang Serbia terluka parah dan seperempat di antara mereka mungkin meninggal. Dia mengutuk pembunuhan petugas polisi tersebut dan mendesak masyarakat Serbia Kosovo untuk menahan diri.

Menteri Dalam Negeri Kosovo Xhelal Svecla mengatakan, polisi menemukan sejumlah besar senjata berat, bahan peledak, dan seragam yang cukup untuk menampung ratusan penyerang lainnya. Penemuan ini menunjukkan persiapan untuk serangan besar-besaran.

Kepala misi PBB di Kosovo Caroline Ziadeh dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengutuk kekerasan tersebut. Borrell berbicara dengan Kurti dan Vucic.

Pasukan NATO, bersama dengan anggota kepolisian Uni Eropa EULEX dan polisi Kosovo, terlihat berpatroli di jalan menuju Banjska. Polisi perbatasan Kosovo menutup dua penyeberangan dengan Serbia.

Warga Serbia di Kosovo utara telah lama menuntut penerapan kesepakatan pada 2013 yang ditengahi Uni Eropa. Kesepakatan ini pembentukan asosiasi kota otonom di wilayah Kosovo.

Pembicaraan yang disponsori Uni Eropa mengenai normalisasi hubungan antara Serbia dan Kosovo terhenti pekan lalu. Blok tersebut menyalahkan Kurti karena gagal membentuk asosiasi tersebut.

Serbia melihat rencana tersebut sebagai resep untuk mendirikan negara kecil di Kosovo, yang secara efektif membagi negara tersebut berdasarkan garis etnis. Serbia secara resmi masih menganggap Kosovo sebagai bagian dari wilayahnya, tetapi membantah dugaan akan memicu perselisihan di wilayah negara tetangganya. Beograd menuduh Pristina menginjak-injak hak-hak minoritasnya.

Kerusuhan meningkat ketika wali kota etnis Albania mulai menjabat di Kosovo utara setelah pemilu April yang diboikot oleh Serbia. Bentrokan pada bulan Mei melukai puluhan pengunjuk rasa dan penjaga perdamaian aliansi NATO. NATO mempertahankan 3.700 tentara di Kosovo, sisa dari pasukan awal berkekuatan 50 ribu yang dikerahkan pada 1999.

Wilayah Kosovo utara yang merupakan mayoritas orang Serbia merupakan perpanjangan tangan dari Serbia. Pemerintah daerah dan pegawai negeri, guru, dokter, dan proyek infrastruktur besar dibiayai oleh Beograd.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement