REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang penyerang menyerang kedutaan Kuba di Washington dengan dua bom molotov pada Ahad (24/9/2023) malam. Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez Parrilla mengatakan, tidak ada korban yang terluka dalam insiden itu.
Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah pemimpin Kuba Miguel Díaz-Canel kembali ke Kuba, seusai menghadiri acara PBB di New York pekan lalu. Kedutaan Kuba di Washington dibuka kembali pada 2015 ketika negara tersebut memulihkan hubungan diplomatik yang terputus sejak 1961. Rodriguez mengatakan, tembakan juga telah dilepaskan ke gedung tersebut dari senapan dalam serangan sebelumnya pada 2020.
“Kelompok anti-Kuba beralih ke terorisme ketika mereka merasa impunitas, sesuatu yang telah berulang kali diperingatkan oleh Kuba kepada pihak berwenang AS,” kata Rodriguez.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan Amerika Serikat mengutuk keras laporan serangan tersebut. “Kami berhubungan dengan pejabat kedutaan Kuba dan otoritas penegak hukum untuk memastikan penyelidikan yang tepat dan tepat waktu serta menawarkan dukungan kami untuk upaya perlindungan di masa depan,” kata Sullivan.
Tidak ada kebakaran atau kerusakan signifikan yang terjadi pada gedung tersebut, dan tidak ada seorang pun yang ditahan saat penyelidikan berlanjut. Awal bulan ini, para pejabat AS dan Kuba mencapai kemajuan dalam berbagai isu selama pembicaraan tingkat tinggi di Washington.
Kekhawatiran utama Kuba adalah tetap berada dalam daftar negara sponsor terorisme AS. Termasuk kelanjutan embargo ekonomi Washington pada era Perang Dingin yang dilakukan pemerintahan Presiden Joe Biden.