Selasa 26 Sep 2023 11:39 WIB

Presiden Azerbaijan Berjanji Lindungi Hak Etnis Armenia di Nagorno-Karabakh

120 ribu warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh diperkirakan akan pergi ke Armenia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Warga etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh tiba di pusat pendaftaran Kementerian Luar Negeri Armenia, dekat kota perbatasan Kornidzor, Armenia, (25/9/2023).
Foto: EPA-EFE/NAREK ALEKSANYAN
Warga etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh tiba di pusat pendaftaran Kementerian Luar Negeri Armenia, dekat kota perbatasan Kornidzor, Armenia, (25/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU – Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev berjanji akan melindungi hak-hak warga etnis Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh. Pekan lalu Azerbaijan menggelar operasi militer di Nagorno-Karabakh dan berhasil memukul pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah tersebut.

“Terlepas dari apa yang terjadi lima hari lalu, kami mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan ke wilayah Karabakh di Azerbaijan. Bahan bakar, bahan makanan, obat-obatan telah dikirim,” kata Aliyev dalam pertemuannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Nakhchivan, Senin (25/9/2023), dikutip laman Barron’s.

Baca Juga

“Ini sekali lagi menunjukkan bahwa penduduk Karabakh, apa pun etnisnya, adalah warga negara Azerbaijan. Hak-hak mereka akan dijamin oleh negara Azerbaijan,” tambah Aliyev.

Aliyev mengatakan dia yakin bahwa proses reintegrasi warga Armenia di Karabakh ke dalam masyarakat Azerbaijan akan berhasil. Dalam pertemuan di Nakhchivan, Aliyev dan Erdogan sama-sama menyambut kekalahan pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh.

Menurut Erdogan, kemenangan Azerbaijan dalam operasi militer pekan lalu di Karabakh membuka peluang normalisasi di wilayah tersebut. Pertemuan antara Aliyev dan Erdogan terjadi ketika ribuan warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mulai keluar dari wilayah tersebut.

Sebanyak 120 ribu warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh diperkirakan akan meninggalkan wilayah tersebut dan pergi ke Armenia. Hal itu diungkap pejabat tinggi Republik Artsakh, yakni sebuah pemerintahan yang memisahkan diri dari Azerbaijan dan mengontrol wilayah Nagorno-Karabakh.

“Rakyat kami tidak ingin hidup sebagai bagian dari Azerbaijan. (Sebanyak) 99,9 persen memilih meninggalkan tanah bersejarah kami,” ungkap David Babayan, yakni penasihat Samvel Shahramanyan yang menjabat sebagai presiden Republik Artsakh, Ahad (24/9/2023) lalu.

“Nasib masyarakat miskin kami akan tercatat dalam sejarah sebagai aib dan hal memalukan bagi rakyat Armenia serta seluruh peradaban dunia. Mereka yang bertanggung jawab atas nasib kami suatu hari nanti harus mempertanggungjawabkan dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan,” tambah Babayan.

Para pemimpin etnis Armenia di Karabakh mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa semua orang yang kehilangan tempat tinggal akibat operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh dan ingin pergi akan diantar ke Armenia oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, yang telah menghadapi gelombang protes keras karena dianggap gagal mempertahankan wilayah Nagorno-Karabakh, mengatakan akan menerima warga etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh.

Pada 19 September 2023 lalu, Azerbaijan melancarkan operasi militer terbaru ke wilayah Nagorno-Karabakh. Mereka menyebut operasi itu sebagai operasi 'anti-teroris'.

Tujuan operasi adalah memukul pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah tersebut. Menurut Armenia, lebih dari 200 orang tewas dan 400 lainnya mengalami luka-luka dalam operasi militer Azerbaijan.

Pasukan etnis Armenia setuju untuk melucuti senjata mereka berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang dicapai pada 20 September 2023. Rusia, yang memiliki 2.000 pasukan penjaga perdamaian di Nagorno-Karabakh mengatakan, berdasarkan ketentuan gencatan senjata, enam kendaraan lapis baja, lebih dari 800 senjata ringan, senjata anti-tank dan sistem pertahanan udara portabel, serta 22 ribu butir amunisi telah diserahkan pada Sabtu (23/9/2023).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement