Rabu 27 Sep 2023 08:28 WIB

Prancis Larang Atlet Muslimah Kenakan Hijab di Olimpiade Paris

Kebijakan ini telah memicu kemarahan di media sosial.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Atlet muslimah berhijab (ilustrasi).
Foto: smh.com.au
Atlet muslimah berhijab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Olahraga Prancis, Amelie Oudea-Castera, mengatakan bahwa tidak ada anggota delegasi Prancis yang diizinkan mengenakan hijab atau jilbab. Larangan jilbab bagi atlet Muslimah Prancis di Olimpiade Paris 2024 yang diumumkan oleh menteri olahraga negara tersebut.

Kebijakan ini telah memicu kemarahan di media sosial. Bahkan tidak sedikit orang yang mencap kebijakan ini sebagai tindakan yang menunjukkan Islamofobia, sementara yang lain memuji langkah tersebut.

Baca Juga

Berbicara dalam acara 'Sunday In Politics' di TV France 3, Menteri Olahraga Prancis Amelie Oudea-Castera mengatakan bahwa tidak ada anggota delegasi Prancis yang akan diizinkan untuk mengenakan jilbab atau kerudung. Termasuk kebijakan yang menyatakan dukungan untuk "sekularisme yang ketat," menurut beberapa laporan media.

Para pendukung larangan tersebut mengatakan bahwa keputusan itu mendukung cita-cita sekularisme Prancis dan para atlet sangat mematuhi peraturannya.

"Kekhususan sekularisme Prancis adalah sebuah modernitas yang tidak dimiliki negara-negara Anglo-Saxon. Yang eksklusif adalah membedakan diri sendiri, memisahkan diri dari orang lain, dengan pakaian agama yang tidak jelas," tulis seorang pengguna yang diidentifikasi sebagai Erik Verhagen, di X.

Pengguna lain berpendapat bahwa tidak menerima sekularisme dalam olahraga dapat menyebabkan penolakan lebih lanjut terhadap peraturan. "Jika hari ini tidak menerima aturan sekularisme, besok juga tidak akan menerima aturan olahraga!" tulis seorang pengguna bernama Paule Adda di X.

Olimpiade Paris akan diselenggarakan tahun depan dari tanggal 26 Juli hingga 11 Agustus di ibukota Prancis. Beberapa atlet muslimah dan ofisial olahraga non-Prancis diperkirakan akan mengenakan jilbab karena Komite Olimpiade Internasional mengizinkannya dan tidak menganggap jilbab sebagai simbol agama, melainkan simbol budaya.

Sejak 2014, FIFA juga mengizinkan para pemainnya untuk mengenakan jilbab. Pada bulan Juli tahun ini, pemain belakang Maroko Nouhaila Benzina menjadi pemain berhijab pertama yang tampil di Piala Dunia.

Sepanjang tahun lalu, sekelompok pemain sepak bola, yang dikenal sebagai "Les Hijabeuses," melobi Federasi Sepak Bola Prancis untuk membatalkan larangan tersebut, bertemu dengan para pejabat dan bahkan melakukan protes di markas besar federasi, tetapi tidak berhasil.

Menurut laporan media, kelompok tersebut telah mengajukan banding ke Dewan Negara terhadap keputusan FFF untuk melarang penutup kepala. Tetapi pada bulan Juni, banding x larangan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement