Rabu 27 Sep 2023 11:23 WIB

Dubes Saudi Kunjungi Tepi Barat untuk Pertama Kali

Tepi Barat diklaim sebagai wilayah pendudukan Israel.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Palestina-Arab Saudi. Duta Besar non-residen Arab Saudi untuk Palestina Nayef Al-Sudairi melakukan kunjungan perdana ke pusat pemerintahan Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat .
Palestina-Arab Saudi. Duta Besar non-residen Arab Saudi untuk Palestina Nayef Al-Sudairi melakukan kunjungan perdana ke pusat pemerintahan Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat .

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Duta Besar non-residen Arab Saudi untuk Palestina, Nayef Al-Sudairi, melakukan kunjungan pertama ke pusat pemerintahan Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Selasa (26/9/2023). Dia menyerahkan surat kepercayaan yang juga menunjuknya sebagai konsul jenderal di Yerusalem.

Gelar yang diumumkan bulan lalu tersebut sangat sensitif. Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya sendiri dan menolak klaim Palestina atas Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara yang diharapkan pada masa depan.

Baca Juga

Al-Sudairi mengatakan kepada wartawan di Ramallah, bahwa kunjungannya menegaskan kembali bahwa perjuangan Palestina serta rakyat Palestina memiliki status yang tinggi dan penting. "Dalam beberapa hari mendatang akan ada peluang untuk kerja sama yang lebih besar antara Saudi dan negara Palestina," ujarnya.

Mengacu pada prospek normalisasi hubungan dengan Israel, Al-Sudairi menegaskan sebuah kenormalan di antara negara-negara untuk memiliki perdamaian dan stabilitas. “Inisiatif Arab, yang dipresentasikan Arab Saudi pada 2002, merupakan pilar fundamental dari setiap perjanjian yang akan datang,” katanya.

Pernyataan tersebut mengacu pada proposal yang disampaikan oleh Riyadh dan kemudian diadopsi oleh negara-negara Arab secara luas. dalam rancangan itu  menyatakan bahwa Israel akan mendapat pengakuan pan-Arab hanya jika Israel menyerahkan wilayah yang direbut dalam perang 1967, termasuk wilayah yang diinginkan Palestina sebagai negara mereka.

Israel sangat ingin mengupayakan lebih banyak perjanjian perdamaian dengan negara-negara Arab tanpa menyerahkan tanahnya. Terlebih lagi setelah memenangkan normalisasi dari Uni Emirat Arab dan Bahrain, serta meningkatkan hubungan dengan Maroko dan Sudan, pada 2020. Momen ini dapat diraih meskipun pembicaraan dengan Palestina telah dibekukan selama bertahun-tahun.

Kecewa karena dikesampingkan dalam diplomasi pada 2020, Palestina mengambil peran lebih aktif dalam perundingan Saudi. Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Palestina WAFA, Presiden Mahmoud Abbas mengatakan, kunjungan Al-Sudairi akan berkontribusi untuk memperkuat hubungan kuat antara kedua negara dan dua bangsa yang bersaudara.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement