REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Seorang mantan pejabat intelejen Amerika Serikat (AS) yang kini bertugas sebagai Inspektur pengawasan senjata di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Scott Ritter, mengkhawatirkan kekalahan Ukraina bila Rusia secara bertahap meningkatkan tekanan operasi militernya di medan perang.
Menurut dia, Rusia dapat dengan mudah memaksa rezim Kiev untuk menyerah dengan secara bertahap meningkatkan tekanan militer daripada terlibat dalam operasi tempur aktif. Karena, ia menilai secara militer, tentara Ukraina telah dihancurkan.
"Mungkin ada baiknya bagi Rusia untuk tidak menginjak pedal gas di sisi militer, dengan kehilangan puluhan ribu orang yang tidak ingin Anda hilangkan, (tetapi) terus memberikan tekanan secara bertahap kepada Ukraina," katanya.
Tentu saja tekanan bertahap ini, menurut Ritter, bukan untuk membekukan konflik, tetapi untuk terus memberikan tekanan pada Kiev secara militer. "... mencoba memprovokasi keruntuhan politik (rezim Kiev)," kata Ritter kepada penulis militer, Cyrus Janssen pada Ahad (1/10/2023) dilansir dari TASS.
"Hal ini dapat memperpanjang waktu secara militer, tapi perang ini tidak akan berlangsung selamanya," kata Ritter.
Sementara itu, pasukan Rusia telah memukul mundur empat serangan kelompok penyerang pertahanan teritorial Ukraina di dekat Priyutnoye di wilayah Zaporozhye selama satu hari terakhir, kata Kementerian Pertahanan Rusia.
"Di daerah Donetsk selatan, unit-unit dari kelompok tempur Timur menangkis empat serangan kelompok penyerang brigade pertahanan teritorial ke-128 di dekat pemukiman Priyutnoye di Wilayah Zaporozhye," dalam keterangan Kementerian Pertahanan Rusia.
Serangan pesawat tempur, tembakan artileri, dan sistem penyembur api berat menghantam pasukan dan perangkat keras militer dari brigade infanteri mekanis ke-72, brigade infanteri bermotor ke-58 tentara Ukraina. Serangan itu juga menghantam brigade pertahanan teritorial ke-127 Ukraina di wilayah Ugledar, Novomikhailovka, dan Urozhaynoye di Republik Rakyat Donetsk.
Menurut kementerian, pihak Kiev kehilangan hingga 35 prajurit dan dua kendaraan di daerah itu. Dalam tembakan balasan, sebuah howitzer FH70 buatan Inggris, dua senjata D-20, dan sistem roket peluncur ganda Grad hancur terkena tembakan, tambahnya.
Perang drone...