Rabu 04 Oct 2023 05:35 WIB

Bullying Menyasar tanpa Pandang Bulu di Korsel

Para guru dibully dan dilecehkan oleh orang tua siswa

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Seorang guru dan siswanya saling menyapa di sebuah taman kanak-kanak di Seoul, Korea Selatan
Foto:

Para guru mengatakan dikutip dari BBC, sering dilecehkan oleh orang tua yang sombong, yang menelepon mereka sepanjang hari dan akhir pekan, tanpa henti dan mengeluh anaknya diperlakukan secara tidak adil. Mereka sekarang sangat takut disebut sebagai pelaku kekerasan terhadap anak, sehingga tidak dapat mendisiplinkan siswanya atau melakukan intervensi ketika para murid melakukan kenakalan.

Kelompok guru ini menuduh orang tua mengeksploitasi undang-undang kesejahteraan anak yang disahkan pada 2014. Aturan itu menyatakan bahwa guru yang dituduh melakukan pelecehan terhadap anak secara otomatis akan ditangguhkan.

Guru dapat dilaporkan melakukan kekerasan terhadap anak karena menahan anak yang melakukan kekerasan. Sedangkan tindakan yang memarahi sering kali dicap sebagai pelecehan emosional. Tuduhan seperti itu dapat membuat para guru segera dipecat dari pekerjaannya.

Dalam satu kasus seorang guru menerima keluhan setelah menolak permintaan orang tua untuk membangunkan anaknya dengan panggilan telepon setiap pagi. Sedangkan lainnya dilaporkan karena pelecehan emosional setelah mengambil stiker penghargaan dari seorang anak laki-laki yang sebelumnya melukai teman sekelasnya dengan gunting.

Pada salah satu protes, guru berusia 28 tahun Kim Jin-seo mengatakan, dia pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri dan perlu tiga bulan cuti kerja. Hal ini disebabkan dua keluhan yang sangat agresif menyerangnya tanpa henti.

Dalam satu kasus, dia meminta seorang murid yang mengganggu untuk meluangkan waktu lima menit menenangkan pikiran di toilet. Sementara di kasus lain, dia melaporkan seorang anak kepada orang tuanya karena berkelahi. Dalam kedua kasus tersebut, sekolah justru memaksanya untuk meminta maaf.

Kim mengatakan bahwa dia mencapai titik merasa tidak dapat mengajar kelasnya dengan aman. "Kami, para guru, merasa sangat tidak berdaya. Mereka yang telah mengalami hal ini secara langsung telah berubah secara mendasar, dan mereka yang belum pernah mengalaminya, telah melihat hal ini terjadi, jadi bagaimanapun juga itu melemahkan," ujarnya.

Budaya mengeluh ini dipicu oleh masyarakat Korsel yang sangat kompetitif, dengan hampir segalanya bergantung pada kesuksesan akademis. Siswa bersaing ketat untuk mendapatkan nilai terbaik sejak usia sangat muda, hingga suatu hari nanti bisa masuk ke universitas terbaik.

Sedangkan di luar sekolah, orang tua mengirim anak-anaknya untuk belajar di sekolah ekstrakurikuler mahal yang disebut hagwons yang beroperasi dari pukul 05.00 sampai pukul 22.00. Jika dulu banyak keluarga di Korea yang memiliki lima atau enam anak, kini sebagian besar hanya memiliki satu anak, yang berarti mereka hanya memiliki satu kesempatan untuk sukses.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement