Kamis 05 Oct 2023 11:45 WIB

Jepang Mulai Fase Kedua Pembuangan Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima

Pada fase pertama, sebanyak 7.800 ton air limbah sudah dilepas ke Samudera Pasifik

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Jepang telah memulai fase kedua pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut, Kamis (5/10/2023).
Foto: AP
Jepang telah memulai fase kedua pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut, Kamis (5/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Jepang telah memulai fase kedua pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut, Kamis (5/10/2023). Pada fase pertama, sebanyak 7.800 ton air limbah PLTN Fukushima sudah dilepas ke Samudra Pasifik.  

Dilaporkan laman Channel News Asia, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) mengungkapkan, pembuangan fase kedua dimulai pada pukul 10:18 waktu setempat. Sama seperti fase pertama, pada tahap kedua ini Jepang juga berencana merilis sekitar 7.800 ton air limbah PLTN Fukushima ke laut.

Baca Juga

Jepang memulai fase pertama proses pelepasan air limbah PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik pada 24 Agustus 2023. Tahap pertama pembuangan rampung pada 11 September 2023. TEPCO mengungkapkan, jumlah air limbah PLTN Fukushima yang dibuang di fase pertama sudah sesuai rencana, yakni sebanyak 10 tangki penyimpanan atau setara 7.800 ton air.

Jepang telah menyelesaikan fase pertama pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut. Proses pembuangan dimulai pada 24 Agustus 2023 lalu. Dilaporkan Anadolu Agency, operator PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Company (TEPCO), dalam keterangannya pada Senin (11/9/2023) mengungkapkan, sejak 25 Agustus 2023, sekitar 460 ton air limbah radioaktif PLTN Fukushima yang telah diolah dilepaskan ke laut setiap harinya. Dalam fase pertama pembuangan, sebanyak 7.800 ton air limbah PLTN Fukushima sudah dibuang.

Pada September lalu TEPCO mengungkapkan, untuk fase kedua, pihaknya akan terlebih dulu melakukan pemeriksaan fasilitas pembuangan selama tiga pekan. Jika persiapan terpenuhi, proses pembuangan kedua akan dimulai kembali. Hingga Maret 2024, TEPCO berencana melakukan empat putaran pembuangan. Total 31.200 ton air limbah radioaktif PLTN Fukushima akan dilepaskan ke laut. Jumlah itu setara dengan 40 tangki penuh.

Jepang tetap melaksanakan pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah dari PLTN Fukushima meski terdapat protes dan keprihatinan dari beberapa negara, terutama Cina. Beijing menjadi pihak yang paling lantang menentang langkah Negeri Sakura membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut. Saat ini Cina memberlakukan larangan impor makanan laut dari 10 prefektur di Jepang, termasuk Fukushima dan Tokyo. Larangan impor produk bahari dari Fukushima juga diterapkan Korea Selatan.

Kendati ada penolakan, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah memberi lampu hijau bagi Jepang untuk melaksanakan pelepasan air limbah PLTN Fukushima ke laut. Dalam keterangannya pada 4 Juli 2023, IAEA mengatakan, air limbah tersebut telah memenuhi standar keselamatan internasional dan memiliki dampak radiologis yang dapat diabaikan bagi manusia serta lingkungan.

Sebanyak tiga reaktor di PLTN Fukushima hancur saat Jepang dilanda gempa dan tsunami pada 2011. Pelepasan sejumlah besar radiasi tak terhindarkan akibat kejadian tersebut. Dibutuhkan lebih dari 1 juta ton air untuk mendinginkan reaktor-reaktor yang meleleh. Air yang telah digunakan dalam proses pendinginan memiliki kandungan radioaktif yang kuat. Kini sekitar 1,37 juta ton air telah terkumpul di tangka-tangki PLTN Fukushima. Pembuangan air dinilai jadi langkah tak terhindarkan dalam proses penonaktifan pembangkit nuklir tersebut.

Pada Mei 2022, Badan Pengawas Nuklir Jepang (BPNJ) menyetujui rencana operator PLTN Fukushima untuk melepaskan air limbah radioaktif ke laut pada 2023. BPNJ menyebut, air limbah telah diolah dengan metode yang aman dan berisiko minimal bagi lingkungan. Pemerintah Jepang dan TEPCO sempat menyampaikan bahwa lebih dari 60 isotop, kecuali tritium, yang kadarnya harus ditanggulangi, telah diturunkan sehingga memenuhi standar keamanan. Menurut mereka, tritium juga tergolong aman jika tercampur air laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement