Senin 09 Oct 2023 09:52 WIB

Warga Palestina di Israel Siap Hadapi Serangan Balasan dari Ekstremis Yahudi

Pada Sabtu lalu Hamas berhasil melakukan infiltrasi ke wilayah Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina menyeberang melalui bagian terbuka penghalang pemisahan Israel yang kontroversial di dekat kota Tepi Barat Tulkarem untuk mencapai Israel, 04 Agustus 2020.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Warga Palestina menyeberang melalui bagian terbuka penghalang pemisahan Israel yang kontroversial di dekat kota Tepi Barat Tulkarem untuk mencapai Israel, 04 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Warga Palestina di Israel siap menghadapi serangan balasan dari kelompok ultranasionalis Israel. Karena kelompok sayap kanan Israel menyerukan kepada generasi muda untuk melakukan mobilisasi, setelah serangan mengejutkan Hamas pada Sabtu (7/10/2023).

Kota Rahat yang mayoritas penduduknya warga Palestina telah membentuk komite darurat untuk menangani potensi serangan dari kelompok ekstremis Israel. Kota ini terletak 60 kilometer dari Yerusalem.

Baca Juga

“Kami mengimbau warga untuk tidak meninggalkan kota kecuali untuk keperluan karena kampanye hasutan,” kata Wali Kota Rahat, Atta Abu Madigham, dilaporkan Middle East Eye, Ahad (8/10/2023).

Pernyataan tersebut disampaikan pada Sabtu beberapa jam setelah kelompok perlawanan Palestina, Hamas menyerang Israel dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pejuang Palestina dari Gaza menembakkan ribuan roket dan menyerbu Israel melalui darat, udara, dan laut.

Setidaknya 250 warga Israel telah terbunuh dan 1.100 lainnya terluka. Hamas mengatakan, mereka telah menangkap puluhan tentara dan warga sipil. Hamas membawa para tawanan ke Gaza.

Pada Ahad pagi, pasukan Israel memerangi pejuang Palestina di tujuh lokasi di Israel dan melakukan serangan udara di Gaza.  Sekitar 250 warga Palestina tewas dalam pemboman tersebut.

Pihak berwenang di Rahat mengatakan kepada warga Palestina, Dewan Kota Rahat mengadakan sidang darurat untuk membahas situasi keamanan dan mengumumkan penutupan semua sekolah. Ketua Dewan Kota Rahat, Khaled Ghurra mendesak masyarakat Palestina untuk berhati-hati. Ghurra mengatakan, warga Palestina dapat menghadapi provokasi dari kelompok sayap kanan Israel.

“Siapa pun yang dapat menghindari pergi ke kota-kota Yahudi, bahkan untuk bekerja, harus menghindari hal tersebut untuk mencegah bahaya yang mungkin menimpa mereka,” ujar Ghurra.

Warga Palestina di Israel mencakup sekitar 20 persen dari total 9,7 juta penduduk negara tersebut.  Mereka adalah keturunan penduduk asli, yang terusir secara kejam oleh milisi Zionis selama pembentukan Israel pada 1948.

Selama beberapa dekade, mereka menderita akibat hukum dan praktik diskriminatif yang diberlakukan oleh Israel. Pada Mei 2021, ketegangan akibat serangan Israel yang berulang kali terhadap Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, dan pelanggaran lainnya, memicu perang di Gaza, termasuk kerusuhan di kota-kota yang dihuni warga Palestina-Yahudi di seluruh Israel.  Pemuda sayap kanan Israel, yang sebagian besar berasal dari pemukiman ilegal di Tepi Barat, melakukan mobilisasi secara online dan berkeliaran di jalan-jalan. Mereka mencari warga Palestina untuk diserang.

Beberapa jam setelah penyerangan pada Sabtu, beredar pesan yang mendesak komunitas Yahudi sayap kanan di Israel untuk membentuk milisi. Calon anggota baru juga didesak untuk menggunakan Google Formulir untuk mendaftarkan ketersediaan mereka guna membentuk milisi.

“Kami mengumpulkan sukarelawan untuk pertahanan, penjagaan, dan bantuan sipil di kota-kota campuran, Negev dan Galilea, di setiap lokasi sesuai kebutuhan, dan berkoordinasi dengan pasukan keamanan,” kata salah satu pesan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement