REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan perdamaian abadi di Timur Tengah dapat terwujud terjadi melalui penyelesaian konflik Palestina-Israel. Termasuk pembentukan Negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Berbicara pada upacara pembukaan Gereja Ortodoks Kuno St Ephrem Syriac di Yesilkoy di Istanbul, Erdogan mengatakan realisasi negara Palestina yang merdeka dan terintegrasi secara geografis berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, mungkin akan tertunda lebih lama lagi. Erdogan menegaskan, Turki bertekad meningkatkan upaya diplomatik untuk mencapai ketenangan antara Israel dan Palestina.
Menurut Erdogan, solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian regional. Erdogan menekankan pentingnya Kota Yerusalem bagi umat Islam dan Kristen.
“Wilayah kami akan tetap menginginkan perdamaian kecuali penyelesaian yang adil tercapai,” ujar Erdogan, dilaporkan Anadolu Agency, Senin (9/10/2023).
Erdogan juga menekankan, langkah apa pun yang akan meningkatkan ketegangan di kawasan akan menyebabkan lebih banyak pertumpahan darah dan memperparah masalah. Sebelumnya Erdogan menyerukan kepada Israel dan Palestina untuk menahan diri. Hal ini sehubungan dengan deklarasi perang antara Hamas dan Israel yang dilaporkan telah menimbulkan korban jiwa.
“Kami menyerukan kepada semua pihak untuk bertindak dengan menahan diri sehubungan dengan kejadian di Israel pagi ini dan menghindari tindakan impulsif yang akan meningkatkan ketegangan,” kata Erdogan.
Erdogan mengatakan, Turki akan terus menentang segala upaya untuk menghapus status quo kompleks Masjid Al-Aqsa. “Kami akan terus menentang segala upaya dan pendudukan apa pun yang mengikis status sejarah dan agama kiblat pertama kami, Masjid Al-Aqsa,” ujar Erdogan.