REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, menjanjikan akan berjuang menghadapi banjirnya postingan informasi palsu atau hoaks, yang dibagikan melalui video, media grafis, ujaran kekerasan, dan kebencian tentang perang Israel-Hamas.
Platform media sosial X ini telah menerima banyak kritik, termasuk dari seorang pejabat tinggi Uni Eropa, yang mempertanyakan seberapa banyak perlu mendapatkan tanggapan agar bisa diperhatikan. Kelompok pengawas dari luar mengatakan bahwa informasi yang salah tentang perang Israel-Hamas berlimpah di platform tersebut.
Hal ini yang membuat tenaga kerjanya - termasuk tim moderasi kontennya - diberhentikan oleh pemilik aplikasi ini, yang juga miliarder Elon Musk setelah ia membelinya tahun lalu.
Gambar-gambar palsu dan dimanipulasi yang beredar di X termasuk "gambar-gambar lama yang digunakan kembali dari konflik bersenjata yang tidak terkait atau rekaman militer yang sebenarnya, karena berasal dari video game," kata sebuah surat pada hari Selasa (10/10/2023).
Surat itu dialamatkan kepada Musk dari Komisioner Eropa Thierry Breton. "Ini jelas merupakan informasi yang salah atau menyesatkan," kata Breton.
Breton, kepala hak-hak digital Uni Eropa, juga memperingatkan Musk bahwa pihak berwenang telah menandai "konten yang berpotensi ilegal" yang dapat melanggar hukum Uni Eropa. "Anda harus tepat waktu, rajin, dan obyektif" dalam menghapusnya jika diperlukan.
Aplikasi X yang berbasis di San Francisco tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang surat Breton. Namun sebuah posting pada hari Senin (9/10/2023) malam dari tim keselamatan X mengklaim bahwa mereka menangani krisis ini dengan upaya maksimal.
"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah melihat peningkatan pengguna aktif harian di @X di wilayah konflik, ditambah lagi ada lebih dari 50 juta postingan secara global yang berfokus pada serangan teroris akhir pekan lalu di Israel oleh Hamas. Seiring dengan peristiwa yang terus berkembang dengan cepat, kelompok kepemimpinan lintas perusahaan telah menilai momen ini sebagai krisis yang membutuhkan respons tingkat tertinggi," tulis admin X.
Hal ini termasuk melanjutkan kebijakan yang sering diperjuangkan oleh Musk, yaitu membiarkan pengguna membantu menilai apa yang mungkin merupakan informasi yang salah, yang menyebabkan postingan tersebut menyertakan catatan konteks, tetapi tidak hilang dari platform.
Perjuangan untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat dipercaya untuk berita tentang perang, diperburuk selama akhir pekan oleh Musk. Di mana pada hari Ahad, aplikasi X memposting nama-nama dua akun yang menurutnya "bagus" untuk "mengikuti perang secara real-time."
Analis Emerson Brooking dari Atlantic Council menyebut salah satu akun tersebut "benar-benar berbahaya." Wartawan dan pengguna X juga menunjukkan bahwa kedua akun tersebut sebelumnya telah membagikan gambar palsu yang dibuat oleh AI tentang ledakan di Pentagon.
Kemudian diketahui salah satu akun dari mereka telah mem-posting banyak komentar antisemit dalam beberapa bulan terakhir. Musk kemudian menghapus postingan tersebut dan meminta maaf.