Rabu 11 Oct 2023 12:35 WIB

Timeline 75 Tahun Warga Gaza Hidup Dalam Penderitaan

Gaza disebut sebagai penjara terbuka terbesar di dunia karena diblokade Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina berjalan melewati puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Selasa, 10 Oktober 2023.
Foto: AP Photo/Hassan Eslaiah
Warga Palestina berjalan melewati puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Selasa, 10 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaza adalah wilayah pesisir yang terletak di jalur perdagangan dan maritim kuno di sepanjang pantai Mediterania. Gaza dipegang oleh Kekaisaran Ottoman hingga 1917.

Wilayah Gaza berpindah dari kekuasaan militer Inggris ke Mesir, kemudian ke Israel selama satu abad terakhir. Gaza sekarang menjadi wilayah berpagar yang dihuni oleh lebih dari 2 juta warga Palestina dan disebut sebagai penjara terbuka terbesar di dunia karena diblokade Israel.

Baca Juga

Berikut adalah beberapa tonggak penting dalam sejarah penderitaan Gaza.

1948 - Berakhirnya kekuasaan Inggris

Ketika pemerintahan kolonial Inggris berakhir di Palestina pada akhir 1940-an, kekerasan meningkat antara orang Yahudi dan Arab, yang berpuncak pada perang antara Negara Israel yang baru dibentuk dan negara-negara Arab pada Mei 1948. Puluhan ribu warga Palestina mengungsi di Gaza setelah perang. Mereka melarikan diri atau diusir dari rumah mereka. 

Tentara Mesir yang menyerang telah merebut jalur pantai sempit sepanjang 25 mil (40 kilometer), yang membentang dari Sinai hingga selatan Ashkelon.  Masuknya pengungsi membuat populasi Gaza meningkat tiga kali lipat menjadi sekitar 200.000 jiwa.

1950an & 1960an - pemerintahan militer Mesir

Mesir menguasai Jalur Gaza selama dua dekade di bawah gubernur militer, sehingga memungkinkan warga Palestina untuk bekerja dan belajar di Mesir.  Para “fedayeen” Palestina yang bersenjata, banyak di antara mereka adalah pengungsi, melancarkan serangan ke Israel, sehingga memicu pembalasan. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk badan pengungsi, UNRWA, yang saat ini menyediakan layanan bagi 1,6 juta pengungsi Palestina yang terdaftar di Gaza, serta bagi warga Palestina di Yordania, Lebanon, Suriah, dan Tepi Barat.

1967 - Perang dan pendudukan militer Israel

Israel merebut Jalur Gaza dalam perang Timur Tengah tahun 1967.  Sensus Israel tahun itu menyebutkan populasi Gaza berjumlah 394.000, setidaknya 60 persen di antaranya adalah pengungsi.

Dengan kepergian warga Mesir, banyak pekerja Gaza mengambil pekerjaan di bidang pertanian, konstruksi dan industri jasa di Israel. Mereka dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah pada saat itu. 

Pasukan Israel tetap mengelola wilayah tersebut dan menjaga permukiman yang dibangun Israel pada dekade-dekade berikutnya.  Hal ini menjadi sumber meningkatnya kebencian warga Palestina.

1987 - Perlawanan Palestina pertama: Hamas terbentuk

Dua puluh tahun setelah perang tahun 1967, warga Palestina melancarkan intifada atau perlawanan pertama mereka.  Ini dimulai pada Desember 1987 setelah kecelakaan lalu lintas.

Ketika itu, sebuah truk Israel menabrak kendaraan yang membawa pekerja Palestina di kamp pengungsi Jabalya di Gaza. Empat orang meninggal dunia karena kecelakaan itu. Kemudian muncul aksi protes dengan pelemparan batu, pemogokan, dan penutupan.

Aksi kekerasan dan protes itu membuat organisasi Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Mesir membentuk cabang bersenjata Palestina, Hamas, dengan basis kekuatannya di Gaza.  Hamas menjadi saingan Partai Fatah pimpinan Yasser Arafat yang memimpin Organisasi Pembebasan Palestina.

1993 - Perjanjian Oslo, dan semi-otonomi Palestina

Israel dan Palestina menandatangani perjanjian perdamaian bersejarah pada 1993 yang mengarah pada pembentukan Otoritas Palestina.  Berdasarkan perjanjian sementara, warga Palestina pertama kali diberi kendali terbatas di Gaza dan Jericho di Tepi Barat.  Arafat kembali ke Gaza setelah puluhan tahun berada di pengasingan.

Perjanjian Oslo memberikan otonomi kepada Otoritas Palestina yang baru dibentuk, dan membayangkan pembentukan negara setelah lima tahun.  Tapi itu tidak pernah terjadi.  Israel menuduh Palestina mengingkari perjanjian keamanan. Sementara warga Palestina marah atas pembangunan permukiman Israel yang terus berlanjut.

Hamas dan Jihad Islam melakukan pengeboman untuk menggagalkan proses perdamaian, sehingga menyebabkan Israel memberlakukan lebih banyak pembatasan terhadap pergerakan warga Palestina di Gaza.  Hamas juga menerima kritik yang semakin meningkat dari Palestina terhadap korupsi, nepotisme, dan salah urus ekonomi yang dilakukan oleh lingkaran dalam Arafat.

2000 - Intifada Palestina Kedua

Pada 2000, hubungan Israel-Palestina merosot ke titik terendah baru dengan pecahnya intifada Palestina kedua.  Hal ini mengawali periode bom bunuh diri dan serangan penembakan oleh warga Palestina, serta serangan udara Israel, penghancuran, zona larangan bepergian, dan jam malam.

Salah satu korbannya adalah Bandara Internasional Gaza, yang merupakan simbol harapan Palestina terkait kemandirian ekonomi. Bandara Gaza menjadi satu-satunya penghubung langsung Palestina dengan dunia luar yang tidak dikontrol oleh Israel atau Mesir. Bandara Intenasional Gaza dibuka pada 1998.

Israel menganggap Bandara Internasional Gaza sebagai ancaman keamanan. Israel menghancurkan antena radar dan landasan pacu beberapa bulan setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Korban lainnya adalah industri perikanan di Gaza, yang merupakan sumber pendapatan bagi puluhan ribu orang.  Zona penangkapan ikan di Gaza dikurangi oleh Israel. Menurut Israel pembatasan ini diperlukan untuk menghentikan kapal-kapal yang menyelundupkan senjata.

2005 - Israel mengevakuasi permukimannya di Gaza

Pada Agustus 2005 Israel mengevakuasi seluruh pasukan dan pemukimnya dari Gaza, yang pada saat itu sepenuhnya dipagari dari dunia luar oleh Israel. Warga Palestina merobohkan bangunan dan infrastruktur yang ditinggalkan untuk dijadikan barang bekas. 

Penghapusan pemukiman tersebut memberikan kebebasan bergerak yang lebih besar di Gaza, dan “ekonomi terowongan” berkembang pesat.

Kelompok perlawanan, penyelundup, dan pengusaha dengan cepat menggali sejumlah terowongan untuk membuka akses ke Mesir. Namun penarikan pemukim Israel tersebut juga menghapuskan pabrik-pabrik, rumah kaca dan bengkel-bengkel yang mempekerjakan sebagian warga Gaza.

2006 - Hamas berkuasa di Gaza

Pada 2006, Hamas meraih kemenangan mengejutkan dalam pemilihan parlemen Palestina dan kemudian menguasai Gaza secara penuh. Hamas menggulingkan kekuatan yang setia kepada penerus Arafat, Presiden Mahmoud Abbas.

Banyak komunitas internasional menghentikan bantuan kepada warga Palestina di wilayah yang dikuasai Hamas karena mereka menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.  Israel melarang puluhan ribu pekerja Palestina memasuki negara tersebut, sehingga memutus sumber pendapatan penting mereka. 

Serangan udara Israel melumpuhkan satu-satunya pembangkit listrik di Gaza, hingga menyebabkan pemadaman listrik secara luas.  Dengan alasan masalah keamanan, Israel dan Mesir juga memberlakukan pembatasan yang lebih ketat terhadap pergerakan orang dan barang melalui penyeberangan Gaza.

Rencana Hamas yang ambisius untuk memfokuskan kembali perekonomian Gaza ke timur telah kandas bahkan sebelum mereka memulainya. Melihat Hamas sebagai ancaman, pemimpin Mesir yang didukung militer Abdel Fattah al-Sisi, yang mengambil alih kekuasaan pada 2014, menutup perbatasan dengan Gaza dan meledakkan sebagian besar terowongan. Perekonomian Gaza mengalami kemunduran akibat konflik.

Siklus konflik

Perekonomian Gaza telah berulang kali menderita akibat siklus konflik, serangan dan pembalasan antara Israel dan kelompok militan Palestina. Sebelum tahun 2023, beberapa pertempuran terburuk terjadi pada 2014, ketika Hamas dan kelompok lain meluncurkan roket ke kota-kota di jantung Israel. 

Israel melancarkan serangan udara dan pemboman artileri yang menghancurkan lingkungan di Gaza.  Lebih dari 2.100 warga Palestina meninggal dunia, kebanyakan warga sipil.  Israel menyebutkan jumlah korban tewas adalah 67 tentara dan enam warga sipil.

2023 - Serangan mendadak

Israel dibuat percaya bahwa mereka mampu membendung Hamas yang sudah lelah dengan perang. Israel memberikan insentif ekonomi kepada para pekerja Gaza. Namun para pejuang Hamas melakukan latihan militer secara rahasia.

Pada 7 Oktober, Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel. Pejuang Hamas menerobos pagar pembatas Israel dan menyandera puluhan orang Israel yang dibawa ke Gaza.

Israel menanggapi dengan menyerang Gaza. Israel melancarkanserangan udara dan menghancurkan seluruh distrik dalam pertumpahan darah terburuk dalam 75 tahun. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement