Jumat 13 Oct 2023 12:38 WIB

Profesor Politik Harvard: Solusi Dua Negara Sudah tak Relevan

Solusi dua negara semakin lama hanya sebatas omong kosong belaka.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Palestinians evacuate wounded after an Israeli airstrike in Rafah refugee camp, southern Gaza Strip, Thursday, Oct. 12, 2023. (AP Photo/Hatem Ali)
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Palestinians evacuate wounded after an Israeli airstrike in Rafah refugee camp, southern Gaza Strip, Thursday, Oct. 12, 2023. (AP Photo/Hatem Ali)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Profesor ilmu politik di Harvard Kennedy School, Stephen Walt, mengatakan, strategi Amerika Serikat (AS) dan Israel mengenai Palestina telah gagal. Strategi yang salah arah selama beberapa dekade itu telah mendatangkan malapetaka, sebelum Hamas melancarkan operasi mengejutkan yang membuat Israel kewalahan.

Kekuatan global telah membiarkan status quo memburuk. Washington masih secara terbuka menyerukan solusi dua negara meskipun perkembangan di kawasan telah menjadikan kebijakan ini tidak berlaku lagi.

Baca Juga

"Solusi dua negara seperti yang dicita-citakan dalam Perjanjian Oslo, merupakan hasil terbaik. Saya juga berpikir sayangnya solusi ini kini telah diambil alih oleh berbagai peristiwa, misalnya, memperluas permukiman di Tepi Barat," ujar Walt kepada Aljazirah.

Menurut Walt, pemerintahan sayap kanan Israel telah membuat solusi dua negara menjadi tidak mungkin diwujudkan. Solusi dua negara semakin lama hanya sebatas omong kosong belaka.

"Ketika (Presiden AS Joe) Biden atau pejabat Amerika lainnya berbicara tentang solusi dua negara, mereka sebenarnya sedang mendiskreditkan diri mereka sendiri, mereka berbicara tentang dunia yang sudah tidak ada lagi dan hal ini telah menjadi semacam omong kosong," kata Walt.

Walt mengatakan, Amerika Serikat harus meninjau kembali relevansi solusi dua negara bagi Israel dan Palestina. Washington harus memikirkan upaya lebih lanjut untuk menyelesaikan krisis ini.

Walt mengatakan, operasi militer Hamas yang mengejutkan dunia telah menghancurkan reputasi Israel. Hal ini akan memiliki implikasi yang luas terhadap politik dalam negeri Israel. Termasuk menangguhkan proses normalisasi antara Saudi dan Israel.

Menurut Walt, kepemimpinan Israel saat ini berada dalam posisi yang sangat sulit karena mereka tidak akan membiarkan Hamas mengambil kendali negara mereka. Israel telah mengobarkan perang sejak kelompok perlawanan Palestina, Hamas melancarkan serangan mengejutkan.

"Jadi, jika Israel merespons dengan hanya memukul Gaza dan membunuh banyak warga sipil pada akhirnya jumlah korban tewas di Palestina jauh melebihi jumlah korban tewas di Israel, tentu saja simpati politik pun mulai meningkat (kepada Palestina)," ujar Walt.

Sejauh ini, Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa memberikan dukungan kepada Israel. Bahkan Amerika Serikat mengerahkan kapal perang dan jet tempur ke Mediterania. Beberapa negara Eropa menangguhkan bantuan keuangan ke Gaza.

Israel berupaya menggaet simpati negara Barat dengan menyebarkan hoaks....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement