Ahad 15 Oct 2023 05:44 WIB

Panitia Frankfurt International Book Fair Batalkan Penghargaan untuk Penulis Palestina

Sejumlah penerbit Arab memutuskan untuk mundur dari acara tersebut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Pameran buku  (ilustrasi)
Foto: EPA/Raed Qutina
Pameran buku (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Badan penerbitan Arab menarik diri dari Frankfurt International Book Fair pada Jumat (13/10/2023). Mereka mengundurkan diri setelah penghargaan yang semestinya diberikan kepada seorang penulis Palestina dibatalkan oleh penyelenggara.

Seorang penulis Palestina, Adania Shibli dijadwalkan menerima hadiah sastra LiBeraturpreis di Frankfurt International Book Fair pada Jumat. Dia meraih penghargaan itu atas novelnya yang berjudul "Minor Detail". Novel yang ditulia Shibli bercerita tentang seorang wanita Badui Palestina yang diperkosa oleh tentara Israel pada 1949.

Baca Juga

Pada Rabu (11/10/2023) Direktur International Frankfurt Book Fair, Juergen Boos mengutuk operasi militer kelompok perlawanan Palestina, Hamas kepada Israel. Boos mengatakan, pameran buku kali ini akan memberikan panggung khusus bagi Israel.

Sejumlah penerbit Arab mengecam pernyataan penyelenggara pameran buku. Mereka memutuskan untuk mundur dari acara tersebut.

"Kami memperjuangkan peran budaya dan buku untuk mendorong dialog dan pemahaman antar manusia.  Kami percaya bahwa peran ini lebih penting dari sebelumnya," ujar Otoritas Buku Sharjah, dilansir Middle East Monitor, Sabtu (14/10/2023).

Asosiasi Penerbit Emirates juga membatalkan acara tersebut. Sementara presiden Asosiasi Penerbit Arab di Mesir, yang mewakili  lebih dari 1.000 penerbit regional mengecam segala bentuk serangan terhadap warga sipil Palestina.

“Kami tentu saja mengecam serangan apa pun terhadap warga sipil dari pihak mana pun, namun melihat kasus ini dari satu pihak saja dan menerima ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina selama beberapa dekade adalah sebuah kesalahan besar," ujar

Asosiasi Penerbit Arab.

Perang Palestina-Israel terbaru dimulai pada Sabtu (7/10/2023) ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius.

Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah. Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia. Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement