REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, mengatakan tindakan gerakan perjuangan Hamas tidak mencerminkan rakyat Palestina. Pernyataan ini dikutip kantor berita WAFA.
Dalam sambungan telepon dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Abbas mengatakan Organisasi Pembebasan Palestina (PLA) "satu-satunya yang sah mencerminkan rakyat Palestina".
"Presiden menegaskan penolakannya terhadap pembunuhan rakyat sipil yang dilakukan kedua belah pihak dan meminta kedua belah pihak membebaskan warga sipil, tawanan dan tahanan," kata WAFA, Ahad (15/10/2023).
Sepanjang akhir pekan ini Israel mengintensifkan serangan udara di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan meminta penduduk untuk pindah ke selatan menuju perbatasan dengan Mesir.
Warga Palestina putus asa mencari tempat persembunyian yang aman. Sementara militer Israel bersiap-siap melakukan serangan darat ke Gaza yang disertai dengan serangan udara tanpa henti.
Perjalanan ke selatan juga penuh dengan risiko karena serangan balik Israel setelah Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel, serangan paling mematikan bagi Israel sejak perang Arab-Israel tahun 1973.
Israel menggelar pengeboman paling dahsyat yang pernah terjadi di Gaza yang sempit dan miskin, salah satu wilayah yang paling padat penduduknya di dunia. Diperkirakan akan terjadi hal yang jauh lebih buruk di Gaza yang mendorong penduduk untuk mencari tempat berlindung yang aman.
Banyak warga Gaza menolak meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat perlindungan ke selatan, karena takut akan terulangnya peristiwa "Nakba" atau "malapetaka". Nakba yakni ketika banyak warga Palestina yang mengungsi atau dipaksa keluar dari rumah mereka pada masa perang tahun 1948 karena tanah mereka dijadikan negara Israel.
Sekitar 700.000 orang Palestina, setengah dari populasi Arab di wilayah Palestina yang dulu dikuasai Inggris, tanahnya dirampas dan terpaksa mengungsi. Sebagian besar menetap di negara tetangga. Banyak yang masih tinggal di kamp-kamp pengungsi.