REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dari antrean panjang, warga Gaza berebut untuk mendapatkan roti di sebuah toko makanan, yang menyediakan pasokan roti terakhir di salah satu kawasan Gaza. "Kami telah melaporkan sepanjang hari tentang warga Palestina di Gaza yang kehabisan bahan makanan pokok, termasuk roti," kata salah seorang warga dikutip dari Aljazirah, Senin (16/10/2023).
Pemimpin Skotlandia Humza Yousaf mengatakan bahwa mertuanya, dengan cepat kehabisan makanan dan air minum di Gaza, dan memperingatkan bahwa mereka bisa mati kelaparan jika mereka tidak dapat segera pergi mengungsi. Mertua Yousaf tinggal di Skotlandia, namun sedang mengunjungi kerabatnya di Gaza ketika perang meletus.
Yousaf, 38 tahun, mengatakan Elizabeth dan Maged El-Nakla hanya makan sebutir telur sehari dan seteguk air bersih karena mereka menjatah makanan agar cukup untuk cucu-cucu mereka.
Yousaf, pemimpin Muslim pertama dari sebuah negara Eropa Barat saat ini, mengatakan bahwa Israel memiliki "hak untuk mempertahankan" dirinya sendiri. Namun ia menolak pemberlakuan hukuman kolektif Israel, yang ilegal kepada warga Gaza.
Ia juga menegur pemerintah Inggris karena memberikan dukungan yang begitu kuat kepada Israel segera setelah serangan itu, tanpa mempertanyakan tanggapannya.
Yousaf menambahkan bahwa saudara iparnya, yang bekerja sebagai dokter, harus membuat keputusan tentang siapa yang prioritas harus dirawat. Sementara kondisi rumah sakit di Gaza sudah kehabisan kantong mayat.
Pihak WHO mengatakan warga Gaza tersisa 24 jam, untuk pasokan air, listrik dan bahan bakar yang masih ada. WHO telah mengeluarkan peringatan terbaru mengenai situasi kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza, kali ini.
"Hanya tersisa 24 jam air, listrik dan bahan bakar" di daerah kantong tersebut sebelum "bencana yang sesungguhnya" terjadi.
Ahmed Al-Mandhari, direktur regional badan kesehatan PBB untuk Mediterania Timur, mengatakan bahwa wilayah yang dibombardir dan terkepung itu, harus diizinkan untuk menerima konvoi bantuan yang saat ini tertahan di penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir.
"Jika bantuan tidak kunjung tiba, para dokter harus "menyiapkan sertifikat kematian untuk pasien mereka", katanya.