REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Lusinan jenazah tidak dikenal telah dikebumikan di kuburan massal di Gaza City. Banyak jenazah ditinggalkan begitu saja di kamar mayat karena jumlah yang melebihi kapasitas.
“Karena puluhan martir lainnya datang, anak-anak, bayi, perempuan, laki-laki, orang tua, kami cenderung melakukan hak dan kewajiban moral kami terhadap para martir tersebut untuk menguburkan mereka," ujar kepala kantor media pemerintah yang dikendalikan Hamas, Salama Marouf dikutip dari CNN.
Marouf mengatakan, pemerintah pun memutuskan untuk menyiapkan kuburan massal untuk mengubur jenazah yang menjadi korban serangan Israel di Gaza. "Kami telah menyiapkan kuburan massal di Makam Darurat untuk menguburkan mereka yang belum teridentifikasi,” katanya.
Video media sosial menunjukkan lusinan jenazah yang dibungkus plastik putih dibawa dari rumah sakit Shifa di Gaza ke lokasi pemakaman. Para jenazah itu pun dimakamkan dalam barisan yang rapi.
Videos shared online show funeral prayers being held over a mass grave in #Gaza.
Israel’s ensuing bombardment of the besieged enclave has killed at least 2,450 people, according to the Palestinian health ministry. Of those killed, 724 are children and 458 are women pic.twitter.com/J5rspmvxTs
— Middle East Eye (@MiddleEastEye) October 16, 2023
Tindakan itu diambil setelah Kementerian Agama Gaza merekomendasikan penggunaan kuburan massal. Pertimbangan ini melihat banyaknya jumlah kematian dan kurangnya ruang pemakaman.
Pihak berwenang di Gaza mengatakan, setidaknya 2.837 orang sejauh ini telah gugur akibat serangan Israel dengan seperempat di antaranya adalah anak-anak. Hampir 10 ribu orang terluka. Sebanyak 1.000 orang lainnya hilang dan diyakini masih berada di bawah reruntuhan.
Kamar mayat yang hanya berkapasitas puluhan orang terisi lebih cepat daripada yang dapat diklaim oleh kerabat para korban. Di antara mereka terdapat beberapa anggota keluarga Talaat Abu Lashine.
“Dua peluru jatuh di rumah saat fajar. Sebanyak 16 orang berada di dalam rumah, termasuk delapan anak-anak yang sedang tidur nyenyak,” ujar Abu Lashine dikutip dari RFI.
Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan, bahkan persediaan kantong jenazah pun kini terbatas. “Kadang-kadang kami bahkan tidak punya waktu untuk menuliskan nama almarhum, karena jumlahnya terlalu banyak," kata Ihsan al-Natour yang bekerja di pemakaman di Rafah, Gaza selatan.
“Ada banyak anak-anak di antara para martir. Kami menguburkan tiga atau empat anak di setiap kuburan," ujarnya.
Bahkan truk es krim digunakan sebagai fasilitas penyimpan mayat. “Kamar mayat rumah sakit hanya dapat menampung 10 jenazah, jadi kami telah membawa freezer es krim dari pabrik es krim untuk menyimpan sejumlah besar korban syuhada,” kata Dr. Yasser Ali dari rumah sakit Shuhada Al-Aqsa di Deir Al- Bala.