Selasa 17 Oct 2023 09:36 WIB

Kelompok Perlawanan Iran akan Bergerak Bersama Bantu Hamas

Kelompok perlawanan Iran menentang kekuatan Amerika Serikat, Israel, dan sekutunya

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah kelompok yang secara kolektif mendukung Iran akan terlibat dalam pertempuran di Israel dan Gaza.
Foto: Lebanon Israel Palestinians
Sejumlah kelompok yang secara kolektif mendukung Iran akan terlibat dalam pertempuran di Israel dan Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Amir-Abdollahian mengungkapkan potensi sejumlah kelompok yang secara kolektif mendukung Iran akan terlibat dalam pertempuran di Israel dan Gaza. Mereka akan bergerak bersama membantu Hamas.

“Dalam beberapa jam mendatang, kita memperkirakan akan ada tindakan pencegahan dari kelompok perlawanan,” kata Abdollahian merujuk pada kelompok-kelompok tersebut dikutip dari Aljazirah.

Baca Juga

Istilah kelompok perlawanan telah digunakan selama bertahun-tahun. Penyebutan itu mengacu pada kelompok-kelompok yang merupakan bagian dari kubu pro-Iran di Timur Tengah yang disebut sebagai gerakan menentang kekuatan Amerika Serikat, Israel, dan sekutunya di wilayah tersebut.

Mayoritas kelompok tersebut menganut Islam Syiah dan memandang kepemimpinan agama Iran yang dipimpin oleh Ayatollah Ali Khamenei sebagai panduan utama kelompok-kelompok tersebut. Organisasi yang paling terkenal dan paling kuat adalah Hizbullah Lebanon. Dipimpin oleh Hassan Nasrallah, kelompok ini telah terlibat dalam pertempuran antara Israel dan Hamas, namun saat ini dalam kapasitas yang terbatas.

Ada juga milisi pro-Iran di Suriah dan Irak, serta pemberontak Houthi di Yaman. Hamas meskipun merupakan kelompok mayoritas Sunni juga dikaitkan dengan perlawanan karena hubungannya dengan Iran. Namun kelompok tersebut juga memiliki hubungan persahabatan dengan Qatar dan Turki, sehingga memberikan posisi yang lebih independen.

Hizbullah sebelumnya telah melancarkan tiga serangan di wilayah perbatasan Israel. Serangan mereka dilaporkan telah mengakibatkan seorang warga sipil Israel dan seorang perwira militer Israel tewas.

Wakil Ketua Hizbullah Naim Qassem mengatakan, bahwa seruan internasional dan regional agar kelompoknya tidak terlibat dalam konflik Hamas-Israel tidak akan dituruti. “Seruan di balik layar yang dilakukan oleh negara-negara besar, negara-negara Arab, utusan PBB, yang secara langsung dan tidak langsung meminta kami untuk tidak ikut campur tidak akan berpengaruh,” katanya.

Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement