REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Wakil Menteri Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Yousef Abu Al-Rish, mengatakan militer Israel sejak awal memang sudah berniat memborbardir Rumah Sakit (RS) di Gaza. Sebab, kata dia, Israel sejak awal sudah mengatakan kepada Direktur RS, Maher Ayyad, untuk mengevakuasi pasien, dan dijawab hal itu tidak mungkin dilakukan.
Dan akhirnya Israel membombardir dengan meluncurkan dua rudal ke RS pada Senin, 16 Oktober 2023. Sehari sebelum menjatuhkan rudal, Israel meminta direktur RS Gaza mengevakuasi pasien., termasuk pasien anak-anak dan warga sipil yang sedang dalam perawatan intensif.
"Hari ini saya menunjukkan kepada Anda, anak-anak yang kepala mereka putus dan perut mereka terbuka, dan keluarga mereka tidak dapat mengenali mereka," kata Abu Al-Rish saat konferensi pers, pada Selasa, 17 Oktober 2023 usai dua bom dijatuhkan Israel di RS Baptist Al-Ahly Al Ma'madani sehari sebelumnya seperti dikutip laman Middle East Eye.
Menurut Abu Al-Rish, dia telah mengirimkan foto-foto beberapa rumah sakit yang telah diserang Israel, kepada Palang Merah, Koordinator Urusan Kemanusiaan PBB, dan Organisasi Kesehatan Dunia. Hal ini untuk memastikan bahwa ancaman-ancaman ‘Israel’ terhadap rumah sakit tersebut sangat nyata.
Namun luput dari perhatian dunia, bahkan tidak ada tindakan yang diambil oleh PBB sehingga memberikan pesan jaminan bahwa ‘Israel’ dapat melanjutkan pengeboman, yang akhirnya terjadi di Rumah Sakit Al-Ahly Al-Ma’madani.
Insiden tersebut memperlihatkan kengerian di dalam rumah sakit Gaza, saat mayat-mayat bergelimpangan di lantai. Sementara warga Gaza yang membawa keluarganya, hanya untuk mencoba berlindung di RS agar aman, justru menjadi korban.
Lihat postingan ini di Instagram
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rumah sakit Durrah tidak luput dari pengeboman. Dan akhirnya terpaksa mengevakuasi semua pasien dan warga Gaza, setelah menjadi sasaran peluru fosfor putih. Pihak Human Rights Watch mengatakan bahwa Israel telah menggunakan fosfor putih "secara tidak sah" di Jalur Gaza.
Sejak Israel mengeluarkan perintah agar warga Palestina meninggalkan Gaza utara, beberapa rumah sakit melaporkan bahwa mereka tidak dapat mengeluarkan pasien yang sangat membutuhkan bantuan penyelamatan jiwa.
Rumah sakit Al-Awda mengeluarkan seruan internasional pada hari Sabtu yang mengatakan bahwa mereka tidak dapat menolak warga Palestina yang terluka atau menutup pintunya. "Bangsal-bangsal penuh dengan orang-orang yang terluka. Kami mengimbau mitra kemanusiaan kami di seluruh dunia untuk memberikan tekanan kepada Israel," kata rumah sakit tersebut.
Otoritas kesehatan sejak saat itu menuduh Israel dengan sengaja mengebom ambulans, melanggar aturan internasional yang mengkategorikan serangan semacam itu sebagai kejahatan perang.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengutuk penargetan tim medis yang disengaja, yang menewaskan empat paramedis dalam waktu kurang dari setengah jam hari ini, meskipun sudah dikoordinasikan sebelumnya.
Untuk saat ini, staf di rumah sakit Shifa mengatakan bahwa situasi di kamar mayat juga menjadi prioritas utama setelah beberapa hari yang lalu kamar mayat tersebut mencapai kapasitas penuh dan mulai membludak.