Rabu 18 Oct 2023 17:28 WIB

Israel Tuduh Jihad Islam Dalangi Serangan ke Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza

Netanyahu menyangkal IDF bertanggung jawab atas serangan ke RS Al-Ahli Gaza.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Penampakan kondisi di rumah sakit Al Ahli Baptist di Gaza pada Rabu, 18 Oktober 2023, sehari setelah dihantam rudal.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Penampakan kondisi di rumah sakit Al Ahli Baptist di Gaza pada Rabu, 18 Oktober 2023, sehari setelah dihantam rudal.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Militer Israel membantah bertanggung jawab atas serangan udara yang menghantam Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Jalur Gaza yang dilaporkan menewaskan lebih dari 500 orang. Israel menuduh kelompok perlawanan Palestina di Gaza, yakni Jihad Islam, sebagai aktor di balik serangan ke rumah sakit tersebut.

Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengungkapkan, analisis sistem operasional IDF menunjukkan bahwa rentetan roket ditembakkan dari Gaza ketika Rumah Sakit Baptis Al-Ahli terhantam serangan udara pada Selasa (17/10/2023) malam. Rentetan roket tersebut melintas di dekat Rumah Sakit Baptis Al-Ahli.

Baca Juga

“Intelijen dari berbagai sumber yang kami miliki menunjukkan bahwa Jihad Islam bertanggung jawab atas kegagalan peluncuran roket yang menghantam rumah sakit di Gaza. Saya ulangi, ini adalah tanggung jawab Jihad Islam yang membunuh warga tak bersalah di rumah sakit di Gaza,” ujar Hagari dalam sebuah pernyataan video, Rabu (18/10/2023).

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun sudah merilis pernyataan yang menyangkal IDF bertanggung jawab atas serangan ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Jalur Gaza. “Jadi seluruh dunia tahu: Teroris biadab di Gaza adalah mereka yang menyerang rumah sakit Gaza, bukan IDF. Mereka yang dengan kejam membunuh anak-anak kami, juga membunuh anak-anak mereka,” ujarnya, dilaporkan Times of Israel.

Pada Selasa malam lalu, sebuah serangan udara menghantam Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, lebih dari 500 orang meninggal dalam peristiwa tersebut. Israel segera disebut bertanggung jawab atas serangan ke rumah sakit itu. 

Pertahanan Sipil Palestina mengatakan, serangan terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli adalah serangan udara Israel paling mematikan dalam lima perang yang berlangsung di Jalur Gaza sejak 2008. “Pembantaian di Rumah Sakit Arab Al-Ahli belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kami. Meskipun kami telah menyaksikan tragedi dalam perang dan hari-hari sebelumnya, apa yang terjadi malam ini sama saja dengan genosida,” ujar Juru Bicara Pertahanan Sipil Palestina Mahmoud Basal, dikutip laman Aljazirah.

Otoritas Palestina juga telah mengutuk serangan udara terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli. “Juru Bicara Kepresidenan (Palestina) Nabil Abu Rudeineh, mengutuk kejahatan keji yang dilakukan Israel terhadap rumah sakit al-Ahli di Gaza, yang ditembaki oleh pesawat tempur Israel tadi malam sehingga menyebabkan ratusan orang tewas dan terluka,” tulis kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya.

Dengan menyerang rumah sakit, Abu Rudeineh menuduh Israel tak lagi menghormati hukum internasional. Sebab dalam keadaan apa pun, warga sipil tidak boleh menjadi target serangan dalam pertempuran. Menanggapi serangan ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli, Palestina sudah mengumumkan tiga hari berkabung nasional.

“Presiden Mahmoud Abbas menyatakan bahwa tiga hari berkabung akan diperingati di seluruh Palestina atas korban serangan udara brutal Israel di rumah sakit Al-Ahli di Gaza, yang menyebabkan banyak orang tewas dan terluka. Presiden juga memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang sebagai bentuk duka atas para korban agresi Israel di rumah sakit Al-Ahli dan semua orang yang tewas akibat pendudukan,” kata WAFA.

Sebelum serangan ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli terjadi, korban meninggal di Jalur Gaza akibat serangan udara Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai sekitar 3.000 jiwa. Sementara korban luka dilaporkan nyaris menyentuh 10 ribu orang. Menurut PBB, serangan Israel ke Jalur Gaza juga telah menyebabkan 1 juta warga terlantar dan mengungsi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement