Kamis 19 Oct 2023 14:22 WIB

Putin Bawa Tas Nuklir dalam Pertemuan di Cina

Putin di Beijing, Cina, ditemani oleh petugas yang membawa tas nuklir

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Rekaman langka menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing, Cina, ditemani oleh petugas yang membawa tas nuklir pada Rabu (18/10/2023).
Foto: AP Photo/Sergei Guneyev
Rekaman langka menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing, Cina, ditemani oleh petugas yang membawa tas nuklir pada Rabu (18/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rekaman langka menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing, Cina, ditemani oleh petugas yang membawa tas nuklir pada Rabu (18/10/2023). Tas itu diduga dapat digunakan untuk memerintahkan serangan nuklir.

Setelah pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping, Putin terekam berjalan menuju pertemuan lain yang dikelilingi oleh petugas keamanan dan diikuti oleh dua perwira angkatan laut Rusia berseragam. Masing-masing dari perwira itu membawa tas kerja. Kamera memperbesar salah satu tas kerja tersebut.

Baca Juga

Dalam klip lainnya, Putin keluar dari sebuah pertemuan di Beijing bersama para perwira angkatan laut yang kembali difilmkan hanya beberapa langkah dari Putin. Perlu diketahui, koper nuklir Rusia biasanya dibawa oleh seorang perwira angkatan laut.

Dikenal sebagai "Cheget" yang dinamai dari Gunung Cheget di Pegunungan Kaukasus, tas kerja tersebut selalu ada di tangan presiden, tapi jarang direkam kamera. “Ada koper-koper tertentu yang tanpanya perjalanan Putin tidak lengkap,” ujar koresponden Istana Kremlin dari kantor berita milik Pemerintah Rusia RIA dalam sebuah postingan di Telegram.

Pada dasarnya, tas kerja tersebut adalah alat komunikasi aman yang menghubungkan presiden dengan petinggi militernya dan kemudian dengan pasukan roket melalui jaringan komando dan kendali elektronik “Kazbek” yang sangat rahasia. Kazbek mendukung sistem lain yang dikenal sebagai "Kavkaz".

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu juga memiliki tas nuklir. Kepala staf umum Valery Gerasimov mungkin juga memilikinya. Rekaman yang ditayangkan oleh saluran televisi Rusia Zvezda pada 2019 menunjukkan salah satu tas kerja dengan serangkaian kancing.

Pada bagian yang disebut "perintah" ada dua tombol, tombol "luncurkan" berwarna putih dan tombol "batal" berwarna merah. Menurut laporan Zvezda, koper tersebut diaktifkan dengan kartu flash khusus.

Salah satu tas nuklir yang digunakan oleh mantan presiden Rusia Boris Yeltsin dipajang di Museum Yeltsin di Yekaterinburg.

Presiden Amerika Serikat (AS) juga memiliki alat semacam itu yang disebut "nuclear football". Tas itu menyimpan kode-kode yang akan digunakan presiden untuk mengesahkan perintah peluncuran rudal nuklir jika dia tidak berada di Gedung Putih.

Perang Ukraina telah meningkatkan ketegangan antara Rusia dan AS ke tingkat tertinggi sejak Krisis Rudal Kuba pada 1962. Cina kini berupaya untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya agar sesuai dengan statusnya sebagai negara adidaya yang sedang berkembang.

Parlemen Rusia mengambil langkah pertama untuk mencabut ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif pada sehari sebelum kunjungan Putin ke Cina. Anggota parlemen terkemuka memperingatkan Washington bahwa Moskow mungkin akan meninggalkan perjanjian tersebut sama sekali. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement