REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia telah menangkap seorang jurnalis Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL) karena tidak mendaftar sebagai agen asing saat mengunjungi Rusia untuk keperluan darurat keluarga.
Rusia telah memperketat kendalinya atas media sejak pecahnya perang di Ukraina, dengan memaksa penutupan kantor-kantor berita independen terkemuka dan menuduh banyak jurnalis dan media publikasi sebagai agen asing.
Alsu Kurmasheva, editor Layanan Tatar-Bashkir Radio Free Europe/Radio Liberty yang memegang paspor AS dan Rusia, melakukan perjalanan ke Rusia pada 20 Mei untuk urusan darurat keluarga.
Ketika Kurmasheva berusaha meninggalkan Rusia pada akhir perjalanannya, dia ditahan dan paspornya disita saat dia menunggu penerbangan pulang. Dia didenda karena gagal mendaftarkan paspor AS miliknya ke pihak berwenang Rusia.
Pada 18 Oktober, pihak berwenang Rusia mengumumkan bahwa Kurmasheva, yang tinggal di Praha, telah didakwa tidak mendaftar sebagai agen asing. Istilah agen asing ini memiliki konotasi spionase Perang Dingin. Istilah tersebut digunakan di Rusia untuk menyebut organisasi, jurnalis, aktivis, dan bahkan bintang pop serta penulis yang dianggap terlibat dalam aktivitas politik dengan dukungan asing.
“Alsu adalah kolega yang sangat dihormati, istri yang berbakti, dan ibu yang berdedikasi bagi dua anak. Dia harus dibebaskan agar dia bisa segera kembali ke keluarganya," kata penjabat Presiden RFE/RL, Jeffrey Gedmin.
Kantor berita Rusia, Tatar-Inform mengatakan, Kurmasheva gagal mendaftar sebagai agen asing saat mengumpulkan informasi tentang aktivitas militer Rusia. Dia bisa menghadapi hukuman hingga lima tahun penjara.
Pemerintah Rusia belum mengomentari penahanan Kurmasheva. Beberapa jurnalis, intelektual, dan aktivis oposisi Rusia mengatakan, kebebasan yang diraih ketika Uni Soviet runtuh telah hilang dan wacana publik di Rusia didominasi oleh propaganda jingoistik.
Para pejabat Rusia menolak klaim tersebut. Mereka mengatakan, jurnalis Barat selama bertahun-tahun gagal melaporkan Rusia secara akurat dan terlibat dalam pemberitaan yang bias secara terbuka mengenai perang Rusia dan Ukraina demi memajukan kepentingan Barat.
Radio Free Europe/Radio Liberty, yang berkantor pusat di Praha dan Washington, mengatakan misinya adalah untuk mempromosikan nilai-nilai demokrasi dengan menyediakan berita yang akurat, tanpa sensor, dan debat terbuka di negara-negara di mana kebebasan pers terancam dan disinformasi tersebar luas. Mereka didanai oleh hibah dari Kongres AS melalui Badan Media Global AS.
Selama Perang Dingin, RFE/RL menyampaikan berita kepada khalayak di balik Tirai Besi. Keterlibatan Badan Intelijen Pusat AS dalam RFE/RL berakhir pada tahun 1972. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengatakan, mereka sangat prihatin dengan penangkapan Kurmasheva.
“CPJ sangat prihatin dengan penahanan jurnalis AS-Rusia Alsu Kurmasheva atas tuduhan kriminal palsu dan menyerukan pihak berwenang Rusia untuk segera membebaskannya dan membatalkan semua tuduhan terhadapnya,” kata Gulnoza Said, koordinator program CPJ untuk Eropa dan Asia Tengah.
“Jurnalisme bukanlah kejahatan dan penahanan Kurmasheva merupakan bukti lebih lanjut bahwa Rusia bertekad untuk membungkam pemberitaan independen," ujar Said.