REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Konvoi tentara Prancis pertama yang ditarik dari Niger setelah penggulingan presidennya telah tiba di ibu kota negara tetangga, Chad, kata militer Prancis pada Kamis (19/10/2023). Penarikan tersebut, yang diperintahkan oleh penguasa militer Niger, dimulai pekan lalu setelah penggulingan Presiden Mohamed Bazoum pada bulan Juli, sekutu utama Paris, telah membuat strategi Prancis di wilayah Sahel menjadi berantakan.
Konvoi tersebut “telah tiba tanpa masalah apa pun” di N’Djamena setelah 10 hari perjalanan dan berkoordinasi dengan pasukan Niger, kata juru bicara militer Pierre Gaudilliere kepada AFP.
Pasukan tersebut akan diberangkatkan melalui udara dari Chad ke Prancis, dan penarikan diperkirakan akan selesai pada akhir Desember 2023.
Gaudilliere mengatakan pangkalan depan Perancis di Ouallam dan Ayorou di barat laut Niger, dekat perbatasan dengan Burkina Faso dan Mali, telah dikosongkan sebagian. Zona di tiga perbatasan negara dikenal sebagai surga bagi kelompok ISIS.
"Tingkat ancaman bagi pasukan yang melakukan perjalanan dari ibu kota Niger, Niamey ke N’Djamena tergolong rendah," kata sumber militer Prancis kepada AFP.
Prancis mengerahkan 1.400 tentara, jet tempur, drone, helikopter, dan kendaraan lapis baja, di Niamey dan Niger barat untuk memerangi pejuang yang terkait dengan ISIS dan Alqaeda.
N'Djamena adalah lokasi markas militer Prancis di seluruh wilayah Sahel, dengan sekitar 1.000 tentara ditempatkan di sana.
Dari Chad, pasukan Prancis dapat berangkat melalui udara dengan peralatan paling sensitif mereka. Namun, sebagian besar harus dipindahkan melalui darat dan laut.
Juru bicara militer Prancis mengatakan beberapa peralatan berat militer diperkirakan akan dipindahkan melalui laut tetapi rute tersebut belum diputuskan dalam pembicaraan dengan pemerintah setempat.
Ini adalah ketiga kalinya dalam 18 bulan pasukan Prancis yang dikirim ke bekas jajahan Afrika ditarik kembali. Ini memberikan pukulan telak terhadap pengaruh Prancis di Afrika dan prestise mereka di panggung internasional.
Prancis sebelumnya menarik pasukan dari Mali dan Burkina Faso, yang dilanda kudeta dalam dua tahun terakhir.
Pada hari Rabu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menjamu Presiden Chad Mahamat Idriss Deby untuk melakukan pembicaraan di Istana Elysee guna membahas masalah regional dan pengembalian aset militer Prancis.