REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Palestina di Indonesia Yayasan Persahabatan Dan Studi Peradaban (YPSP) mengatakan memasuki hari ke-13 serangan Israel peristiwa tragis kemanusiaan terus terjadi di Gaza. Pasukan Israel melaksanakan rencana memusnahkan warga Palestina di Gaza.
"Sejak awal serangan ini, pasukan Zionis telah mengabaikan prinsip pemisahan antara target sipil dan militer, dengan sasaran yang terus-menerus menjangkau layanan darurat dan bahkan ambulans," kata YPSP dalam pernyataannya, Kamis (19/10/2023).
YPSP mengatakan titik puncak kekejaman ini terjadi pada tanggal 17 Oktober 2023, ketika Rumah Sakit Baptis Al-Ahli Al-Arabi di Gaza menjadi sasaran pengeboman yang menjadi catatan kelam sejarah brutalitas dan kekejaman Israel.
YPSP menambahkan lebih dari 500 warga sipil, termasuk pasien, keluarga pengungsi, dan staf medis, menjadi korban. Sementara ratusan lainnya luka parah, dan upaya pengobatan mereka semakin sulit karena sumber daya kesehatan di Gaza yang telah habis.
"Kejahatan ini menambah catatan panjang kejahatan Zionis terhadap rakyat Palestina, seperti kejahatan di Dier Yassin, Tantura, Kafr Qasim, Shatila, Tel al-Zeitir, dan ratusan kejahatan lain yang telah dilakukan oleh dengan tujuan memusnahkan rakyat Palestina dan membunuh identitas kemanusiaan abad ini," kata YPSP.
Lembaga itu mengatakan pembantaian terhadap warga sipil di rumah sakit ini terjadi untuk menggugah nurani dunia yang bisu ada rakyat dan bangsa yang hidup di bawah penindasan selama 76 tahun. YPSP mengatakan rakyat Palestina mereka punya satu tuntutan: kebebasan, kemerdekaan, dan bebas dari kehinaan penjajahan.
YPSP mengatakan dalam kejahatan tersebut, bersama dengan kejahatan-kejahatan selama dua belas hari sebelumnya, tim medis memaksimalkan upaya mereka untuk menyelamatkan nyawa.
YPSP mengatakan petugas medis Palestina terpaksa melakukan operasi bedah di tempat kejadian dan di jalanan, di lorong-lorong rumah sakit, tanpa peralatan medis, tanpa anestesi atau peralatan medis, untuk menyelamatkan nyawa yang masih bisa diselamatkan. Upaya ini mereka lakukan dalam kondisi sumber daya dan peralatan medis yang sudah hampir lumpuh total, dan dengan jumlah korban tewas dan luka yang terus bertambah.
"Dalam kondisi kekurangan makanan yang parah dan ancaman kematian lebih dari 2,35 juta warga, pesawat serangan Zionis baru-baru ini menggempur sebuah pabrik roti di kamp pengungsi Al-Nuseirat, membunuh semua pekerjanya," kata YPSP.
"Jumlah korban pembantaian Rumah Sakit Baptis Al-Ma’madani belum membuat Penjahat Israel yang berdarah dingin puas, haus dan ingin terus menelan lebih banyak nyawa dan potongan tubuh anak-anak Palestina, wanita, dan orang tua yang tak bersalah di Jabalia, Gaza, Nuseirat, Bureij, Khan Yunis, dan Rafah, menambah daftar syahid lebih dari 40 orang dan ditambah oleh puluhan korban luka lainnya," tambah lembaga itu.
Bersama dengan serangan ke rumah sakit Selasa lalu dan pembantaian-pembataian sebelumnya, rumah-rumah sakit, staf medis, tim pertahanan sipil, ambulans, dan pabrik roti menjadi sasaran utama serangan pendudukan yang terus berusaha mengusir rakyat Palestina dan mengulang bencana pengusiran (Nakbah), dan hal tersebut tidak akan kami biarkan.
Sampai saat ini korban tewas tercatat mencapai sekitar 3.478 orang, termasuk lebih 1.100 anak-anak, lebih 500 wanita, dan lebih 650 orang tua. Sementara jumlah korban luka mencapai sekitar 12.065, lebih dari dua pertiga di antaranya adalah anak-anak, wanita, dan orang tua.
Dalam 24 jam terakhir, terdapat lebih 678 korban tewas, termasuk 500 orang dalam pembantaian di Rumah Sakit Al-Mamadani. Pada Tanggal Rabu (18/10/2023) lalu atau hari ke-12 agresi, tujuh pusat kesahatan primer di utara Gaza, bersama dengan tiga rumah sakit, sudah tidak berfungsi dan tidak melakukan pelayanan karena kehabisan bahan bakar dan rusak total.
Jumlah keluarga yang jadi target serangan pendudukan Israel, dengan seluruh anggota keluarganya mencapai sekitar 450 keluarga, mengakibatkan lebih dari 2.500 orang tewas.
Sebanyak 4.821 bangunan tempat tinggal rusak total, yang melingkupi 12.845 unit hunian hancur. Selain itu, sekitar 121.000 unit tempat tinggal mengalami rusak sebagian, di antaranya 9.055 unit yang tidak layak huni.
Tim SAR dan Tim Penyelamat masih terus melakukan Upaya penyelamatan dan menggali dengan tangan mereka untuk mencari 1.200 orang yang hilang.
Lebih satu juta pengungsi di Jalur Gaza, termasuk 600.000 pengungsi di kota Gaza dan utara Gaza. Mereka menghadapi kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dan kondisi kehidupan yang parah, setelah UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina) menghentikan layanannya di wilayah utara Gaza.