REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Israel telah menangkap cukup banyak warga Palestina dalam dua pekan sejak dimulainya pengeboman terhadap Jalur Gaza. Penangkapan yang masif ini membuat jumlah warga Palestina yang ditahan meningkat dua kali lipat.
Terdapat sekitar 5.200 warga Palestina di penjara-penjara Israel sebelum kelompok perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas ini langsung ditanggapi dengan kampanye pengeboman tanpa henti oleh Israel di Jalur Gaza.
Jumlah tahanan Palestina kini telah meningkat menjadi lebih dari 10.000 orang. Menurut para pejabat dan kelompok hak asasi manusia, selama dua minggu terakhir, Israel telah menangkap sekitar 4.000 pekerja dari Gaza yang bekerja di Israel dan menahan mereka di pangkalan militer.
Secara terpisah, mereka juga telah menangkap 1.070 warga Palestina lainnya dalam serangan tentara Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
“Penangkapan terjadi 24 jam sehari,” ujar Ketua kelompok hak asasi tahanan Addameer, Sahar Francis yang berbasis di Ramallah kepada Aljazirah.
Francis mengatakan, sebagian besar warga Gaza ditahan di pangkalan militer Sde Teyman, dekat Beer al-Sabe (Be’er Sheva) di gurun Naqab selatan. Sementara ratusan lainnya ditahan di penjara Ofer dekat Ramallah, dan di kamp militer Anatot dekat Desa Anata di Yerusalem Timur.
Pengacara dan pejabat Palestina telah menyoroti penganiayaan parah dan kondisi mengerikan yang dialami para tahanan Palestina. Dalam konferensi pers pada Kamis (19/10/2023) sore di Ramallah, Kepala Komisi Urusan Tahanan Otoritas Palestina, Qadura Fares mengatakan, para tahanan berada dalam kondisi yang mengenaskan.
“Para tahanan mengalami kelaparan dan kehausan, mereka dilarang mengakses obat-obatan, khususnya bagi mereka yang menderita penyakit kronis yang memerlukan pengobatan rutin. Keadaan menjadi lebih buruk ketika administrasi penjara (Israel) memutus aliran air dan listrik," ujar Fares.
Addameer juga melaporkan pencegahan akses terhadap perawatan medis. Israel menutup klinik penjara, dan mencegah para tahanan pergi ke rumah sakit dan klinik eksternal, meskipun terdapat beberapa tahanan yang menderita kanker dan memerlukan perawatan berkelanjutan.
“Hal yang paling berbahaya selama beberapa hari terakhir adalah serangan fisik dan perlakuan yang merendahkan martabat. Setiap orang yang ditangkap diserang," kata Fares.
“Banyak dari narapidana yang anggota badan, tangan dan kakinya patah, ekspresi yang merendahkan dan menghina, mengumpat, mengikat mereka dengan borgol ke belakang dan mengencangkannya di ujung hingga menimbulkan rasa sakit yang parah, bahkan ditelanjangi," ujar Fares.
Selain 4.000 warga Jalur Gaza....