Rabu 25 Oct 2023 08:58 WIB

Palestina: Kegagalan DK PBB Hentikan Agresi Israel tak Bisa Dimaafkan

Lebih dari 5.700 warga Palestina di Gaza meninggal akibat agresi Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Menlu Palestina Riyad al-Maliki
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menlu Palestina Riyad al-Maliki

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki mendesak Dewan Keamanan PBB segera menghentikan pembantaian yang dilakukan Israel terhadap masyarakat di Jalur Gaza. Menurutnya, berulangnya kegagalan Dewan Keamanan dalam menyetop agresi brutal Israel tidak bisa dimaafkan.

“Kita di sini hari ini untuk menghentikan pembunuhan, menghentikan pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat Palestina,” ujar Al-Maliki dalam pidato pembukaannya ketika menghadiri Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB tentang Situasi Timur Tengah, termasuk Masalah Palestina, Selasa (24/10/2023), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Baca Juga

Dia mengungkapkan, sejak Israel menggempur Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, lebih dari 5.700 warga Palestina di sana telah terbunuh, termasuk sekitar 2.300 anak-anak dan 1.200 perempuan. Sementara korban luka melampaui 15 ribu orang.

Al-Maliki mengatakan, sekitar 70 persen korban di Jalur Gaza adalah perempuan, anak-anak, dan lansia. “Dibandingkan dengan jumlah penduduk Gaza, jumlah tersebut setara dengan 145 ribu warga Inggris atau 700 ribu warga AS. Hampir semua korban tewas adalah warga sipil,” ucapnya.

Agresi Israel juga telah menyebabkan 1,4 juta warga Gaza mengungsi. “Banyak dari mereka tidak mempunyai rumah untuk kembali karena pemboman Israel telah meratakan atau menghancurkan hingga 50 persen rumah di Jalur Gaza, dengan lebih dari 170 ribu rumah hancur. Luangkan waktu sejenak untuk memikirkan angka-angka ini dan resapi betapa dahsyatnya bencana akibat ulah manusia ini,” kata Al-Maliki.

Terkait situasi tersebut, Al-Maliki mendesak Dewan Keamanan PBB berperan. “Pembantaian yang sedang berlangsung – baik secara sengaja, sistematis, dan kejam – yang dilakukan oleh Israel, negara penjajah, terhadap penduduk sipil Palestina di bawah pendudukan ilegal apartheid kolonial harus dihentikan. Dewan Keamanan mempunyai tugas untuk menghentikan mereka,” ujarnya.

“Komunitas internasional diwajibkan berdasarkan hukum internasional untuk menghentikan mereka. Adalah tugas kemanusiaan kita bersama untuk menghentikan mereka. Sekarang. Kegagalan terus-menerus di Dewan (Keamanan) ini tidak bisa dimaafkan,” tambah Al-Maliki.

Pada 16 Oktober 2023 lalu, resolusi rancangan Rusia yang berisi seruan gencatan senjata kemanusiaan dalam perang antara Hamas dan Israel gagal disahkan di Dewan Keamanan PBB. Rancangan resolusi tersebut memperoleh lima suara setuju, empat menentang, dan enam lainnya abstain. AS termasuk di antara negara yang menentang.

“Hari ini, seluruh dunia menunggu dengan napas tertahan hingga Dewan Keamanan mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri pertumpahan darah, namun delegasi negara-negara Barat pada dasarnya telah mengabaikan harapan tersebut,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia setelah berakhirnya pemungutan suara.

Selain Rusia, Brasil juga mengajukan rancangan resolusi serupa. Namun rancangan resolusi tersebut juga gagal diadopsi pada 18 Oktober 2023 lalu akibat diveto AS. Sejak pecahnya pertempuran pada 7 Oktober 2023 lalu, Washington telah berulang kali menyatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri ketika diserang.

Namun sejumlah negara dan lembaga internasional menilai, apa yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza telah melampaui aksi pembelaan diri. Hal itu mengingat banyaknya korban dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit serta tempat ibadah yang terimbas serangan Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement