Rabu 25 Oct 2023 21:29 WIB

Jumlah Bantuan untuk Gaza Sedikit, Masih Dibayangi Pula oleh Serangan Udara Israel

Bantuan kemanusiaan di Gaza terpaksa dikurangi karena dibayangi serangan udara

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Relawan Mesir menangani bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Jalur Gaza, di perbatasan Rafah, Mesir, Selasa (24/10/2023).
Foto: EPA-EFE/Khaled Elfiqi
Relawan Mesir menangani bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Jalur Gaza, di perbatasan Rafah, Mesir, Selasa (24/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Badan PBB untuk pengungsi Palestina mengatakan bahwa operasi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, terpaksa harus dikurangi secara drastis karena terus dibayangi serangan udara Israel yang melumpuhkan. PBB khawatir jika diteruskan, bantuan-bantuan tersebut justru menjadi sasaran yang pada akhirnya tak bisa diterima warga Gaza yang membutuhkan. Warga Gaza diperkirakan membutuhkan sekitar 100 truk bantuan kemanusiaan tiap harinya, tetapi Israel hanya mengizinkan 20 truk yang masuk dan melarang pengiriman bahan bakar. 

Oleh karena itu, pejabat PBB di lapangan meminta Israel mengakhiri serangan udara dan pengepungan Gaza. Israel diminta agar memberikan izin serta memudahkan bantuan kemanusiaan termasuk bahan bakar untuk 2,3 juta jiwa warga Gaza.

Baca Juga

Dominic Allen, perwakilan Dana Kependudukan PBB, mengatakan kepada The Associated Press bahwa pengiriman air, makanan, pasokan medis, dan bahan bakar merupakan "prioritas utama". 

"Pengepungan ini harus diakhiri, dan bantuan kemanusiaan harus masuk agar kami dapat leluasa memenuhi kebutuhan jangka pendek yang menyelamatkan jiwa," ujarnya, Rabu (25/10/2023). Ia juga seraya menekankan bahwa "tidak ada bahan bakar berarti tidak ada rumah sakit, tidak ada desalinasi, tidak ada yang bisa untuk memasak."

Allen juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap 50.000 wanita hamil di Gaza, dengan rata-rata 150 kelahiran setiap hari dan sistem layanan kesehatan yang "hampir runtuh."

"Mereka tidak dapat mengakses layanan kesehatan dasar bagi ibu hamil, dan mereka menghadapi mimpi buruk ganda," katanya.

Sementara, rumah sakit di Gaza melakukan yang terbaik untuk memberikan perawatan kepada para korban luka dengan sumber daya yang semakin menipis.

Perang yang memasuki hari ke-19 pada hari Rabu ini merupakan perang Gaza yang paling mematikan bagi kedua belah pihak. Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Selasa (24/10/2023), bahwa setidaknya 5.791 warga Palestina telah terbunuh, termasuk setidaknya 704 orang dalam satu hari terakhir, dan 16.297 orang terluka. 

Di Tepi Barat yang diduduki, lebih dari 100 warga Palestina telah tewas dan 1.650 lainnya terluka dalam kekerasan dan serangan Israel sejak 7 Oktober. Di sisi lain, lebih dari 1.400 orang di Israel telah terbunuh, menurut para pejabat Israel, dalam serangan awal Hamas. 

Militer Israel pada hari Rabu mengkonfirmasi jumlah sandera yang tersisa di Gaza menjadi 222 orang, termasuk warga asing yang diyakini ditangkap oleh Hamas selama serangan tersebut. Empat sandera telah dibebaskan.

Upaya serangan darat besar-besaran masih terus dipersiapkan oleh Israel untuk memberantas Hamas. Namun langkah itu, telah memancing ancaman dari Iran yang akan menyerang Israel bila memulai serangan darat ke Gaza. Melihat situasi itu, AS dan para pejabat lainnya khawatir pertempuran tersebut dapat meluas menjadi konflik regional yang lebih luas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement