Jumat 27 Oct 2023 18:51 WIB

UNRWA Hilang Kata, Barat Hanya Diam Melihat Warga Palestina Terus Dibunuh

UNRWA berulang kali minta Barat hentikan serangan Israel, tapi terus diabaikan.

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Relawan Mesir menangani bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Jalur Gaza, di perbatasan Rafah, Mesir, Selasa (24/10/2023).
Foto: EPA-EFE/Khaled Elfiqi
Relawan Mesir menangani bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Jalur Gaza, di perbatasan Rafah, Mesir, Selasa (24/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Komisioner Jenderal Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia telah berulang kali mengeluarkan peringatan keras, soal perlunya dunia terutama Barat mendesak Israel menghentikan serangan ke Gaza, tapi terus diabaikan.

Kekesalan Lazzarini ini bahkan membuatnya mengatakan, sejarah yang akan menghakimi pihak-pihak yang tidak ingin adanya gencatan senjata terjadi di Gaza. Dalam sebuah pernyataan pers, Lazzarini menekankan perlunya dunia internasional melindungi warga sipil, di mana pun mereka berada, dan menyoroti krisis kemanusiaan serius yang terjadi di Jalur Gaza selama dua pekan terakhir.

Baca Juga

"Lebih dari dua minggu ini, gambar-gambar tragedi kemanusiaan yang tak tertahankan telah muncul dari Gaza. Wanita, anak-anak, dan orang tua terbunuh, rumah sakit dan sekolah dibombardir - tidak ada yang selamat," ujar Lazzarini, Jumat (27/10/2023).

Ia mencontohkan, badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, secara tragis telah kehilangan 35 stafnya, banyak dari mereka yang terbunuh saat berada di rumah bersama keluarga mereka. Lazzarini mencatat bahwa pasukan pendudukan Israel telah memperingatkan warga Palestina di Gaza untuk pindah ke bagian selatan Jalur Gaza. Alasannya, karena Israel mengebom bagian utara.

Namun Israel terus melanjutkan serangan, bahkan dengan sengaja menyerang bagian selatan Gaza, sehingga tidak ada tempat yang aman di Gaza. Sementara dunia Barat hanya diam melihat warga Palestina ini terbunuh.

Dia menekankan situasi mengerikan di Gaza, di mana 2,2 juta orang terperangkap dalam wilayah seluas 365 kilometer persegi. Situasi ini yang digambarkan sebagai penjara terbuka yang besar selama 15 tahun terakhir. "Wilayah ini ditandai dengan blokade udara, laut, dan darat oleh Israel, yang sangat membatasi pergerakan penduduknya," kata dia.

Meskipun baru-baru ini telah ada negosiasi di tingkat tertinggi, yang memungkinkan pasokan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun bantuan yang masuk sangat terbatas. Sementara di Selatan Gaza, serangan Israel juga terus dilancarkan. Sehingga Lazzarini menekankan bahwa upaya-upaya ini saja, tidak mencukupi untuk menangani besarnya krisis kemanusiaan di Gaza.

Ia menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan pasokan penting seperti bahan bakar, yang selama ini tidak diizinkan masuk ke Gaza oleh Israel. Tanpa bahan bakar, katanya, tidak akan ada respon kemanusiaan yang memadai, tidak ada bantuan yang sampai kepada mereka yang membutuhkan, tidak ada listrik untuk rumah sakit, tidak ada air bersih, dan tidak ada roti untuk penduduk. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement