Sabtu 28 Oct 2023 13:34 WIB

AS: Kami Berhasil Menghancurkan Gudang Amunisi Iran di Suriah

Sejak 17 Oktober, ada 14 serangan terhadap pasukan AS di Irak dan enam di Suriah.

File - tentara Amerika berpatroli di dekat penjara yang diserang oleh ISIS di Hassakeh, Suriah, 8 Februari 2022.
Foto: AP Photo/Baderkhan Ahmad
File - tentara Amerika berpatroli di dekat penjara yang diserang oleh ISIS di Hassakeh, Suriah, 8 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) pada hari Jumat (27/10/2023) mengatakan pihaknya berupaya mengurangi pasokan amunisi milik pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi Islam (IRCG), di Suriah. Namun AS bersikeras bahwa pihaknya tidak ingin memperluas konflik Timur Tengah.

Pentagon pada hari Kamis (26/10/2023) mengumumkan serangan udara di dua lokasi di Suriah timur yang disebut digunakan oleh IRGC.  Serangan udara AS ini sebagai aksi balasan setelah serangkaian serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah sejak dimulainya perang Israel-Hamas.

Baca Juga

“Tujuan dari dua lokasi yang kami targetkan adalah untuk memberikan dampak signifikan terhadap IRGC di masa depan dan operasi kelompok milisi yang didukung Iran,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan pada hari Jumat.

“Serangan itu langsung menuju fasilitas penyimpanan dan gudang amunisi yang kami tahu akan digunakan untuk mendukung pekerjaan kelompok milisi ini, khususnya di Suriah. Tujuan utamanya adalah untuk mengganggu kemampuan itu dan juga untuk mencegah serangan di masa depan,” tutur Kirby.

Gedung Putih sebelumnya mengatakan bahwa Presiden Joe Biden telah menyampaikan peringatan langsung kepada pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei terkait serangan milisi terhadap pasukan AS di Suriah dan Irak. 

Setidaknya ada 14 serangan terhadap pasukan AS dan sekutu di Irak dan enam di Suriah sejak 17 Oktober. Akibat serangan tersebut, menurut Pentagon, 21 personel militer AS menderita luka ringan dan satu kontraktor meninggal karena serangan jantung.

Serangan AS pada hari Kamis adalah yang pertama terhadap aset Iran sejak Maret 2023. Serangan tersebut terjadi setelah pemerintahan Biden melakukan pertukaran tahanan dengan Iran dan pembicaraan mengenai program nuklir Iran.

Serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober dan serangan balasan Israel telah mengobarkan konflik di wilayah Timur Tengah. Para pemimpin Iran mendukung Hamas, sementara Amerika Serikat adalah sekutu utama Israel.

Menteri Pertahanan Lloyd Austin, dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, mengatakan bahwa serangan itu “hanya dirancang” untuk melindungi personel AS. “Hal-hal tersebut terpisah dan berbeda dari konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, dan bukan merupakan perubahan dalam pendekatan kami terhadap konflik Israel-Hamas,” papar Austin.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan pada hari Jumat bahwa ia telah berbicara dengan milisi HIzbullah Lebanon dan Palestina dan mereka diminta “bersiap-siap” jika Israel memperluas operasi daratnya ke Gaza.

Berbicara kepada Radio Publik Nasional AS dari PBB, Amir-Abdollahian mengatakan tindakan para milisi akan “jauh lebih kuat dan lebih dalam dari apa yang Anda saksikan.” “Oleh karena itu saya yakin jika situasi ini terus berlanjut dan para perempuan, anak-anak, serta warga sipil masih terbunuh di Gaza dan Tepi Barat, segala sesuatu mungkin terjadi,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang bertemu hari Jumat dengan Amir-Abdollahian, mendesak Iran untuk ikut mengupayakan "pembebasan sandera yang ditahan di Gaza tanpa syarat dan segera."

sumber : AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement