REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Keluarga para sandera Israel yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza diliputi rasa khawatir, akan orang-orang yang mereka cintai sejak militer Israel justru meningkatkan serangan darat di Gaza. Hal itu disampaikan perwakilan dari pihak keluarga sandera yang melakukan lobi untuk keselamatan keluarga mereka, pada hari Sabtu (28/10/2023).
"Malam ini adalah malam yang paling mengerikan dari semua malam... dengan latar belakang operasi besar IDF (Pasukan Pertahanan Israel) di Jalur Gaza," kata perwakilan Forum Sandera dan Keluarga yang Hilang mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Dikatakan bahwa para sandera yang ditahan oleh Hamas menjadi sasaran pengeboman Israel, yang sama beratnya dengan penduduk Palestina. Hal itulah yang membuat pihak keluarga mereka diliputi oleh "kecemasan dan frustrasi" karena invasi darat Israel yang telah lama ditunggu-tunggu akan menempatkan sanak saudara mereka justru dalam bahaya yang lebih besar.
Israel telah membombardir Jalur Gaza, yang dikuasai oleh kelompok militan Palestina Hamas, sejak Hamas melancarkan serangan mematikan pada tanggal 7 Oktober lalu. Serangan ini menargetkan pos-pos militer dan masyarakat sipil di daerah tersebut dan menewaskan 1.400 orang di pihak Israel.
Hamas membawa lebih dari 200 sandera kembali ke Gaza selama serangannya. Sejauh ini, Hamas telah membebaskan empat sandera. Hamas mengatakan pada hari Kamis (26/10/2023) bahwa pengeboman Israel telah menewaskan 50 sandera lainnya.
"Serangan udara dan tembakan artileri Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan lebih dari 7.000 orang dalam tiga minggu terakhir," kata para pejabat kesehatan Palestina, termasuk sekitar 3.000 anak-anak.
Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka meningkatkan operasi darat di dalam Gaza Jumat (27/10/2023) malam. Selama operasi darat itu juga, Gaza telah alami pemadaman internet dan listrik, namun pasukan Israel masih bertempur di daerah tersebut.
Forum Sandera dan Keluarga yang Hilang mengkritik kabinet Israel karena tidak menemui mereka yang orang-orang yang dicintainya masih ditahan sementara Israel melanjutkan serangannya. "Para keluarga khawatir akan nasib orang-orang yang mereka cintai dan menunggu penjelasan. Setiap menit terasa seperti selamanya," kata mereka.
Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa lebih dari separuh sandera yang ditahan oleh Hamas memiliki paspor asing dari 25 negara yang berbeda. Banyak di antara mereka yang diyakini memiliki kewarganegaraan ganda Israel. Para sandera diyakini disembunyikan di Jalur Gaza, kemungkinan di dalam terowongan yang dibangun Hamas di sana.